Hanya 1 dari 4 wanita berusia 20-an di Korea Selatan yang ingin menikah

Hanya 1 dari 4 wanita berusia 20-an di Korea Selatan yang ingin menikah
Ilustrasi
0 Komentar

LEBIH dari seperempat perempuan Korea Selatan berusia 20-an tahun mengatakan pada tahun 2022 bahwa pernikahan adalah sesuatu yang harus dilakukan, karena kecenderungan kaum muda untuk menikah terus menurun secara drastis, menurut sebuah laporan pada tanggal 15 Desember.

Dilansir dari The Straits Times, Senin (18/12), statistics Korea melakukan penelitian terhadap masyarakat Korea Selatan, berdasarkan berbagai data survei, dan menemukan bahwa hanya 27,5 persen perempuan berusia 20-an yang memiliki pandangan positif terhadap pernikahan.

Pandangan positif terhadap pernikahan di kalangan perempuan muda ini adalah yang terendah di antara semua kelompok umur, dan secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan 41,9 persen di antara laki-laki berusia 20-an.

Baca Juga:Bawa Caleg DPR Dapil Jabar 8 di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo: Sejak Awal Konsisten Mendukung Saya, Engga Usah Khawatir Dapilnya Tidak DisiniPaus Fransiskus mengutuk serangan penembak jitu Israel terhadap gereja Katolik Gaza

Sebagai perbandingan, 52,9 persen perempuan berusia 20-an memberikan reaksi positif terhadap pernikahan pada tahun 2008, yang menunjukkan penurunan besar dalam 14 tahun terakhir.

Survei terbaru menunjukkan bahwa sekitar 31,8 persen responden perempuan berusia 30-an mengatakan pernikahan adalah hal yang positif, juga turun drastis dari 51,5 persen pada data tahun 2008.

Perempuan di semua kelompok umur cenderung memandang pernikahan kurang positif dibandingkan laki-laki.

Bagi kedua jenis kelamin, kelompok usia yang lebih tua cenderung bereaksi lebih positif terhadap pernikahan dibandingkan kelompok yang lebih muda – 74,9 persen laki-laki berusia 60an mengatakan bahwa mereka harus menikah, sementara 68,7 persen perempuan berusia 60-an berpendapat demikian.

Kecenderungan laki-laki muda untuk memilih pernikahan, meskipun tidak serendah perempuan, juga menurun drastis dari tahun 2008 hingga 2022.

Sekitar 71,9 persen pria berusia 20-an memberikan reaksi positif terhadap pernikahan pada tahun 2008, namun hanya 41,9 persen pada tahun 2022.

Di antara laki-laki dalam kelompok usia 30-39 tahun, dari tahun 2008 hingga 2022, mereka yang memandang pernikahan secara positif turun dari 69,7 persen menjadi 48,7 persen.

Baca Juga:Keamanan ketat menjelang persidangan penting bagi taipan media Jimmy LaiJoe Biden selamat usai iring-iringan mobil Tim Pengawal Kepresidenan AS Ditabrak

Alasan terbesar – di semua kelompok umur – yang responden berikan untuk menghindari pernikahan adalah “kurangnya dana”: 32,7 persen dari mereka yang berusia 20-an, 33,7 persen dari mereka yang berusia 30-an, 23,8 persen dari mereka yang berusia 40-an, 25,7 persen penduduk berusia 50-an tahun, dan 30,3 persen penduduk berusia 60 tahun ke atas mengatakan mereka tidak menikah karena tidak mempunyai cukup uang.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa dari tahun 2015 hingga 2020, kaum muda semakin menyukai cara hidup non-tradisional.

0 Komentar