Geng-geng Kejahatan Kuasai 80 Persen Ibu Kota Haiti Tuntut Pengunduran Diri PM Ariel Henry

Geng-geng Kejahatan Kuasai 80 Persen Ibu Kota Haiti Tuntut Pengunduran Diri PM Ariel Henry
Mantan polisi Jimmy 'Barbecue' Cherizier, tengah, mengendalikan aliansi gangster yang kuat (Gambar: Reuters)
0 Komentar

PEMERINTAH  Haiti mengumumkan keadaan darurat 72 jam pada Minggu (3/3) setelah geng bersenjata menyerbu sebuah penjara besar. Setidaknya 12 orang tewas dan sekitar 3.700 narapidana melarikan diri dalam pembobolan penjara tersebut.

Para pemimpin geng menuntut pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Ariel Henry, yang keberadaannya tidak diketahui sejak ia melakukan perjalanan ke Kenya.

Geng-geng kejahatan ini diketahui menguasai sekitar 80% ibu kota, Port-au-Prince. Adapun kekerasan geng telah melanda Haiti selama bertahun-tahun.

Baca Juga:KBRI Havana Imbau 7 WNI di Port au Prince Waspada Tidak Keluar RumahHaiti Mencekam, Upaya Kelompok Bersenjata Kendalikan Bandara Internasional

Pernyataan pemerintah mengatakan dua penjara yakni satu di Port-au-Prince dan satu lagi di dekat Croix des Bouquets, diserbu pada akhir pekan.

Dilaporkan bahwa tindakan “ketidaktaatan” merupakan ancaman terhadap keamanan nasional dan menyatakan bahwa pihaknya segera memberlakukan jam malam sebagai tanggapannya, yang dimulai pada pukul 20:00 waktu setempat (01:00 GMT pada Senin).

Media Haiti melaporkan bahwa kantor polisi diserang, sehingga mengganggu pihak berwenang sebelum serangan terkoordinasi terhadap penjara tersebut.

Berbicara kepada BBC dari Haiti, Serge Dalexis dari Komite Penyelamatan Internasional mengatakan bahwa banyak kantor polisi berada di bawah kendali geng pada Jumat (1/3/2024), dan banyak polisi terbunuh pada akhir pekan.

Di antara mereka yang ditahan di Port-au-Prince adalah tersangka yang didakwa sehubungan dengan pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada 2021.

Kekerasan geng semakin meningkat sejak pembunuhannya pada tahun 2021. Moïse belum tergantikan dan pemilihan presiden belum diadakan sejak 2016.

Di ibu kota, geng-geng telah mendirikan barikade untuk mencegah pasukan keamanan merambah wilayah mereka, sementara markas mereka di kawasan kumuh yang luas di Port-au-Prince sebagian besar masih dikunci.

Baca Juga:Mediasi Gagal: Pemprov Jabar Tolak Ganti Rugi, Bertentangan dengan Kebijakan Presiden Jokowi, Berikut Paparan Kuasa Hukum Warga Kota Ampera CirebonBahlil Lahadalia Keberatan Atas Berita Tempo yang Angkat Soal Tambang

Sekolah-sekolah dan banyak tempat usaha ditutup, dan ada laporan penjarahan di beberapa lingkungan. (*)

0 Komentar