Gen Z Bonus Demografi atau Bencana Demografi?

Bonus Demografi
Bonus Demografi
0 Komentar

Gelombang NEET lebih banyak terjadi pada negara berpenghasilan rendah dan menengah kebawah yang memiliki pertumbuhan ekonomi rendah. Di negara-negara ini penyerapan tenaga kerjanya rendah, terutama di sektor formal. 

Sebab timbulnya NEET

Menurut Kementerian Ketenagakerjaan, penyebab utama munculnya golongan NEET adalah anak muda yang masih mencari dan belum kunjung mendapat pekerjaan.

Kesulitan ini disebabkan ketidaksesuaian pendidikan yang didapat anak muda dengan lapangan pekerjaan dan kebutuhan industri. Masih terjadi pula ketidaksetaraan kesempatan pekerjaan dan mengenyam pendidikan terutama bagi perempuan (26,5% anak muda perempuan masuk golongan NEET, sedangkan laki-laki 18,21%), bagi disabilitas, dan bagi mereka yang memiliki pengalaman kerja minim.

Strategi Pemerintah menghadapi Bonus Demografi

Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum

Menurut  Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam sambutannya pada salah satu acara webinar di Jakarta,  mengatakan bahwa bonus demografi berupa melimpahnya jumlah penduduk usia produktif harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Strategi pertama pemerintah untuk memaksimalkan pemanfaatan bonus demografi adalah meningkatkan kualitas penduduk melalui intervensi kesehatan dan pendidikan.

Intervensi kesehatan dilakukan sejak anak masih berada dalam kandungan ibu. Dalam hal ini, pemerintah menjalankan program intervensi gizi pada ibu hamil, 1.000 hari pertama kehidupan anak, dan balita.

Selain itu, pemerintah memprioritaskan program pendidikan pada anak usia dini dan pendidikan karakter.

Strategi kedua, pemerintah untuk memanfaatkan bonus demografi adalah meningkatkan kualitas penduduk dengan memastikan anak-anak menjalani pendidikan minimal selama 12 tahun. 

Fase kedua dilakukan dalam upaya pemerataan akses pendidikan, melalui wajib bejalar 12 tahun, didukung dengan program Kartu Indonesia Pintar, BOS sekolah, revitalisasi kurikulum, serta akreditasi SMK.

Strategi yang ketiga, mencakup peningkatan akses lulusan sekolah menengah atas dan sekolah yang sederajat untuk menempuh pendidikan perguruan tinggi dengan program KIP Kuliah serta revitalisasi perguruan tinggi berbasis vokasi untuk membentuk tenaga siap kerja.

Baca Juga:Benda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?Indra Pratama Ungkap CCTV Tidak Ada yang Mati, Total 20 Aktif di TKP Bunuh Diri Brigadir RAT

Strategi keempat pemerintah, meliputi upaya untuk membantu lulusan perguruan tinggi mendapatkan pekerjaan melalui program Kartu Prakerja dan menjalankan program pendidikan pranikah.

Strategi pemerintah kelima adalah memberikan pelindungan sosial, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan untuk mewujudkan kesejahteraan warga lanjut usia.

0 Komentar