Garis Pantai Terpanjang Kedua di Dunia, Indonesia Belum Punya Status Produsen Garam Terbesar, Ada Masalah Impor dan Kontaminasi Mikroplastik

Garis Pantai Terpanjang Kedua di Dunia, Indonesia Belum Punya Status Produsen Garam Terbesar, Ada Masalah Impor dan Kontaminasi Mikroplastik
Petani garam di Kaliori kabupaten Rembang/mitrapost.com/Istimewa
0 Komentar

Dengan teknologi tersebut, waktu yang digunakan untuk memporduksi garam menjadi hanya dalam hitungan jam tanpa terpengaruh faktor cuaca. Kim mengeklaim perusahaannya bisa memproduksi garam sebanyak 5,5 ton per hari dengan waktu produksi hanya satu jam dan lahan seluas 1.650 meter persegi.

Di sisi lain, pemerintah juga sedang berupaya melakukan ekstensifikasi lahan garam di daerah Indonesia Timur, seperti Teluk Kupang, Malaka, Sumbawa, dan Timor Tengah Selatan. Lalu, juga terdapat investasi untuk pembangunan lahan garam industri di NTT seluas 2.444 hektare.

Perluasan lahan garam tersebut, diharapkan dapat meningkatkan produksi dan memperluas jalur distribusi garam di Tanah Air.

Garam Terkontaminasi Plastik

Baca Juga:Kawasan Rebana Metropolitan: Siapkah Jadi Wajah Jawa Barat?Hilirisasi Nikel Melanggar Hak Asasi Penduduk Lokal

Meskipun demikian, terdapat satu masalah pelik lainnya yang belum terpecahkan, yakni kontaminasi. Studi yang dilakukan Syamsu dan rekan berjudul Global Journal of Environment Science and Management menemukan sampel garam lokal mengandung mikroplastik.

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter yang mampu memasuki sel dalam tubuh manusia dan memberikan dampak negatif pada kesehatan.

Menurut jurnal yang diterbitkan National Library of Medicine pada Mei 2023, menyebutkan mikro dan nanoplastik mampu stres dan kerusakan fisik, apoptosis, nekrosis, peradangan, stres oksidatif, dan respons imun.

Lebih lanjut, sampel garam dari penelitian Syamsu dan rekan berasal dari Kota Padang dan Jambi, di mana partikel mikroplastik lebih banyak ditemukan pada garam kasar dibandingkan garam halus. Hal ini secara tidak langsung menandakan bahwa air laut yang digunakan sebagai bahan baku garam di wilayah itu telah tercemar mikroplastik.

Kontaminasi mikroplastik pada garam dapat disebabkan oleh air laut yang terkontaminasi sebagai bahan baku pembuatan garam produksi, serta garam yang tidak memadai dan tidak higienis fasilitas produksi. Yang paling sering terdeteksi bentuk mikroplastik berupa fragmen (67,49 persen), disusul berdasarkan serat (23,82 persen), film (6,08 persen), dan pelet (2,61 persen).

Studi tersebut memperkirakan setiap orang dewasa di Indonesia terpapar 60.225 – 571.225 partikel mikroplastik/tahun dengan mengonsumsi garam 5 gram per hari. Atau 120,45 – 1142,45 partikel/tahun dengan mengkonsumsi 10 gram garam/hari.

Indonesia masuk dalam daftar 10 negara terbesar untuk produsen dan penyumbang sampah plastik laut di dunia. Chartered Institution of Water and Environmental Management (CWEM) menyebutkan Ibu Pertiwi berada di urutan ketiga dibawa India dan China.

0 Komentar