Ganjar Pranowo Kena Semprit, Bagaimana Nasib Relawan?

Ganjar Pranowo Kena Semprit, Bagaimana Nasib Relawan?
Deklarasi Relawan Ganjar Pranowo 2024 usung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden RI 2024
0 Komentar

Lalu, kenapa Ganjar?

Ganjar dan Jokowi punya sedikit kemiripan. Dari pengalaman sebelumnya, Jokowi yang baru saja jadi Gubernur Jakarta di tahun 2012 juga enggan didukung PDIP sebagai calon presiden pada tahun 2014, tapi karena ramainya gerakan masyarakat sipil, Megawati sampai hati menyingkirkan Prabowo dari posisi calon presiden dan mengusung Jokowi. Elektabilitas Jokowi sebagai capres memang tinggi, bahkan lebih daripada Megawati atau Prabowo. Sekarang pun elektabilitas Ganjar bersanding di tiga teratas bersama Prabowo dan Anies Baswedan.

Popularitas Puan masih tertinggal jauh, tapi banyak orang PDIP yang tidak mau Ganjar maju dan justru mendukung Puan jadi calon presiden berikutnya.

Masalahnya, kehadiran relawan, terutama dari hasil kontestasi masa lalu Jokowi-Prabowo meninggalkan jejak yang tidak bisa dikatakan baik. Denny, Eko, dan simpatisan Jokowi lainnya yang aktif di media sosial seringkali diidentikan dengan kata buzzer alias pendengung. Mereka dianggap sebagian orang yang bukan berusaha mencari pemimpin terbaik –atau sesuai pandangan Hurriyah membela demokrasi, tetapi justru menghalanginya. Segala kritik kepada pemerintah dibengkokan dan pemerintahan Jokowi yang banyak cela –misal dalam pemilihan Ketua KPK Firli Bahuri, buzzer kemudian meramaikan isu ada radikalisme di dalam KPK.

Baca Juga:PDI Perjuangan Panggil Ganjar Pranowo Sore IniRevolusi Baru Anies Baswedan

Penggiringan opini oleh buzzer ini sebenarnya tak selalu dilengkapi data-data pendukung yang kuat dan hanya bersifat menyulut baku hantam tanpa menyinggung kebijakan sama sekali. Hal ini terlihat sudah sejak kampanye pilpres 2019.

Saskia Wieringa, akademisi dari Universitas Amsterdam melihat salah satu situs pendukung Jokowi, Seword.com hanya menampilkan puja-puji pada Jokowi dan menyudutkan lawan politik, terutama yang akrab dengan kelompok Islam kanan. Belakangan Anies Baswedan adalah targetnya.

Inilah yang menjadi bahaya dari kampanye atau dukungan relawan dengan tujuan politik tertentu. Tidak semua relawan paham bagaimana melakukan kampanye yang fokus pada program-program kerja. Hasilnya, relawan akhirnya menyerang kepribadian atau karakter dari figur capres lawan yang bertentangan dengan etika kampanye. Ujungnya masyakat justru terbelah dan menimbulkan konflik di akar rumput.

“Ketidakkompetenan relawan dalam mengolah isu bisa menyeret masyarakat ke dalam debat non-substansial yang justru menimbulkan kekacauan dan polarisasi,” tulis Ari Ganjar Herdiansyah dalam studinya Political Participation Convergence in Indonesia: A Study of Partisan Volunteers in the 2019 Election (2019).

0 Komentar