Fenomena Lima Tahunan, Kisah Para Caleg-Timses Gagal Berujung Galau

Fenomena Lima Tahunan, Kisah Para Caleg-Timses Gagal Berujung Galau
Salah satu tim sukses calon legislatif sedang menjalani terapi di Padepokan Anti Galau, kabupaten Cirebon. (Foto: Ist)
0 Komentar

Pakar Psikologi Sosial dari Universitas Indonesia Dicky C. Pelupessy mengatakan mengelola pikiran menjadi kunci bagi para caleg yang merasa stres dan kecewa usai pemilu berlangsung.

“Bisa dimulai seperti ini, ya. Misalnya, dengan pengertian bahwa namanya mengikuti kompetisi, ya, ada kemungkinan menang, ada kemungkinan kalah. Itu satu contoh bahwa yang dilakukan adalah mengelola pikiran kita,” kata Dicky, Jumat (16/2)

Selanjutnya berbicara dengan keluarga, teman, dan pendukung politik setelah pemilu dapat membantu melepaskan tekanan dan mendapatkan dukungan emosional yang diperlukan.

Baca Juga:Hasto Kristiyanto Tegaskan Siap Jadi Oposisi, Jokowi: Ya Ditanyakan Saja kepada Beliau-beliau yang Ada di PDI PerjuanganUngkap Pertemuan dengan Ketum NasDem Surya Paloh, Presiden Jokowi: Saya Jadi Jembatan

Selain itu, melakukan aktivitas yang menyenangkan dan melepas stres, seperti berolahraga, meditasi, atau menikmati hobi ternyata juga dapat membantu menjaga kesehatan mental dan mengalihkan pikiran dari kekecewaan.

Hal terpenting adalah menetapkan prioritas dan fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan, seperti melanjutkan karier atau mengembangkan keterampilan baru. Dengan begitu, para caleg dapat mengalihkan perhatian dari kegagalan politik dan bergerak maju dengan semangat baru.

Jika merasa kesulitan mengelola stres dan emosi, jangan ragu untuk mencari bantuan dari ahli psikolog atau konselor yang dapat memberikan dukungan dan saran yang dibutuhkan.

Dengan menerapkan strategi ini, diharapkan para caleg yang gagal dapat mengatasi stres pasca pemilu dengan lebih baik dan melanjutkan kehidupan dengan semangat baru.

“Rumus sederhananya adalah mengelola pikiran dan stabilkan emosi. Mungkin sulit karena masih hangat, tapi coba jangan buka berita atau sosial media agar kecewa dan stresnya perlahan mereda. Intinya kemudian memang perasaan itu, kita stabilkan,” ungkap Dicky. (*)

 

0 Komentar