Fenomena Lima Tahunan, Kisah Para Caleg-Timses Gagal Berujung Galau

Fenomena Lima Tahunan, Kisah Para Caleg-Timses Gagal Berujung Galau
Salah satu tim sukses calon legislatif sedang menjalani terapi di Padepokan Anti Galau, kabupaten Cirebon. (Foto: Ist)
0 Komentar

Syaefudin mendapatkan ratusan suara dari 1.500 suara yang disyaratkan. Guncangan yang dialami Bukhori bukanlah tanpa sebab. Dia sudah menjual dua sepeda motor, dan tanah milikinya untuk modal memenangkan Syaefudin.

“Sabar, sabar bae, aing beak-beakan yeuh. Bagi-bagi duit, motor jadul dijual, motor baru dijual, tanah 10 bata dijual (sabar, sabar saja, saya habis-habisan nih. Bagi-bagi duit, motor lama dijual, motor baru dijual, tanah 10 bata dijual,” ungkap Bukhori.

Syaefudin, caleg yang diperjuangkan Bukhori, mengatakan, guncang batin yang dialami Bukhori telah terjadi sejak setelah proses hitung cepat untuk caleg DPRD Kota Cirebon selesai.

Baca Juga:Hasto Kristiyanto Tegaskan Siap Jadi Oposisi, Jokowi: Ya Ditanyakan Saja kepada Beliau-beliau yang Ada di PDI PerjuanganUngkap Pertemuan dengan Ketum NasDem Surya Paloh, Presiden Jokowi: Saya Jadi Jembatan

Berdasarkan perolehan suara dari beberapa TPS di dapil tempat mereka berjuang, Argasunya dan Kalijaga, suara Syaefudin anjlok dan besar kemungkinan tidak dapat kursi di DPRD Cirebon.

Sejak saat itu, Bukhori mengeluh selalu terbayang janji kampanye yang disampaikan ke warga. Bukhori yang merupakan ujung tombak memenangkan Syaefudin, merasa takut ditagih di kemudian hari.

Selain Bukhori, ada dua orang tim sukses (timses) salah satu calon legislatif (caleg) diduga depresi. Keduanya mengaku telah berjuang maksimal untuk memenangkan calon dewan yang didukungnya. Adapun bentuk upaya yang dilakukan, di antaranya gencar sosialisasi ke masyarakat hingga membagikan sembako serta uang tunai.

Namun kegagalan mengantarkan calegnya meraih kursi, membuat rasa putus asa menyelimuti keduanya. Bahkan, satu di antara timses caleg itu sampai nekat mengambil kembali amplop berisi uang yang telah ia bagikan saat menjelang pencoblosan di daerah pemilihan (Dapil) 7 Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Pasalnya, tebaran uang yang identik dengan serangan fajar itu justru berbanding terbalik dengan torehan suara yang didapat caleg bersangkutan.

“Dimintain lagi tuh, orangnya pada engga bener. Saya yang dimarahin sama calegnya, bilangnya iya iya iya, ternyata bohongin. Saya dimarahin sama caleg sampai lari-lari kemana-mana” ujar pria berinisial I, salah satu timses caleg, Sabtu, (17/2) malam.

Karena kena semprot sampai dicari-cari keberadaannya oleh caleg dimaksud, ia meminta kembali amplop serangan fajar yang disebar ke masyarakat. Namun hanya sedikit yang ia dapat tarik balik. Hal itu lantaran masyarakat berdalih isi uang dalam amplop yang diterima masing-masing sudah digunakan. Selain itu, warga juga sifatnya hanya menerima alias tidak meminta uang tersebut.

0 Komentar