Era Perang Salib, Aliansi Kasultanan Demak-Cirebon Gempur Portugis di Sunda Kelapa

Era Perang Salib, Aliansi Kasultanan Demak-Cirebon Gempur Portugis di Sunda Kelapa
Potret virtual reality Batavia tahun 1627. Foto : Istimewa
0 Komentar

WARGA Eropa yang pertama kali mendatangi Sunda Kalapa saat masih menjadi pelabuhan milik Kerajaan Pajajaran adalah Bangsa Portugis. Kapal-kapal dari Eropa Selatan itu berlabuh di Sunda Kalapa pada 1513 atau sekitar 100 tahun mendahului Belanda.

Ketika itu agama Islam sudah mulai menyebar di sekitar Sunda Kalapa yang berubah nama menjadi Batavia, Jayakarta, lalu Jakarta. Karena beragama Hindu, Kerajaan Pajajaran melihat keberadaan Islam sebagai ancaman terhadap eksistensi agamanya. Karenanya, kerajaan yang berpusat di Pakuan (Bogor) ini mengadakan perjanjian dengan Portugis yang diberi izin membangun loji (gudang dan benteng pertahanan) di Sunda Kalapa.

Bercokolnya Portugis di Sunda Kalapa menyebabkan Kasultanan Islam Demak dan juga Kasultanan Cirebon jadi tidak senang. Apalagi saat itu masih berlangsung Perang Salib di Timur Tengah, dan Portugis merupakan salah satu kekuatan yang memerangi Islam.

Baca Juga:Dibuka Kembali Mulai 1 September, Berikut Maskapai dan Rute Penerbangan dari Bandara Halim PerdanakusumaPernyataan Komnas HAM Terkait Dugaan Kekerasan Seksual Terhadap Putri Candrawathi, Susno Duadji: Jangan Membuat Gaduh

Akhirnya “Perang Salib” pecah saat Kasultanan Demak menggempur Portugis di Sunda Kalapa. Hingga akhirnya Sunda Kalapa berhasil direbut oleh Fatahillah pada 1526. Pada 22 Juni 1527 panglima perang Islam sekaligus ulama itu berhasil mengusir armada Portugis dari Sunda Kalapa. Maka dia mendirikan Jayakarta pada 22 Juni 1527.

Sisa-sisa kekuataan Portugis sampai kini masih terdapat di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang menurut sejarawan Belanda De Graaf, berasal dari kata porTUGUese. Di kampung Tugu inilah ditempatkan orang dari bekas jajahan Portugis di Malaka ketika ditaklukkan Belanda (1641). Kita juga masih mendapati Gereja Portugis di Jl Pangeran Jayakarta, Jakarta Utara.

Ketika ditawan VOC mereka beragama Katolik tapi tidak diizinkan untuk mengamalkan agamanya. Setelah mengganti agama menjadi Protestan, mereka yang semula dijadikan budak belian lalu menjadi kelompok mardijker atau orang yang dimerdekakan.

Banyak kata dan peninggalan Portugis yang masih kita pakai sekarang. Seperti kata ‘jago’ dan nyanyian ‘nina boboh’ serta ‘burung kakak tua’. Demikian pula seni keroncong berasal dari Portugis. Hingga sekarang keroncong tugu masih terkenal.

Pada Mei 1619, Belanda yang menaklukkan Jayakarta menjadikan Batavia sebagai pusat perdagangannya di Asia dan Amerika Latin. Batavia dua kali diserang oleh Kerajaan Islam Mataram (1628 dan 1529) pimpinan Sultan Agung dengan 80 ribu pasukan.

0 Komentar