Era Baru Inflasi Energi: Inflasi Iklim, Inflasi Fosil, dan Inflasi Hijau

Era Baru Inflasi Energi: Inflasi Iklim, Inflasi Fosil, dan Inflasi Hijau
Aris Armunanto,S.E.Ak.M.M,
0 Komentar

Kekakuan nominal, kontrak pasokan jangka panjang, dan rantai nilai global menyiratkan bahwa kelambatan dalam membebankan harga input yang lebih tinggi kepada konsumen bersifat panjang dan bervariasi. Di banyak negara, misalnya, kenaikan harga gas grosir yang tinggi baru-baru ini belum berdampak pada rumah tangga, sementara guncangan baru terkait transisi ramah lingkungan kemungkinan besar akan menambah tekanan harga saat ini dan di masa lalu.

Hal ini berarti bahwa dalam rangka memajukan agenda ramah lingkungan, kebijakan fiskal harus tetap menjadi faktor utama, seperti yang kami tekankan dalam tinjauan strategi kebijakan moneter baru-baru ini. Revisi kerangka fiskal kawasan euro perlu menciptakan ruang untuk mempercepat dan mempercepat investasi publik dalam infrastruktur dan teknologi ramah lingkungan.

Kebijakan fiskal juga mempunyai peran penting dalam meredam guncangan pasokan saat ini. Namun, langkah-langkah ini harus tetap konsisten dalam memajukan transisi ramah lingkungan. Hal ini harus ditargetkan untuk melindungi mereka yang paling menderita akibat harga energi yang lebih tinggi, sambil tetap mempertahankan, sebanyak mungkin, insentif untuk mengurangi emisi karbon.

Baca Juga:Klaim Tak Salah Ambil Data, Mahfud MD Paparkan Asal Angka DeforestasiMenlu Arab Saudi Ungkap Tidak Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel Tanpa Terbentuknya Negara Palestina

Meskipun demikian, ECB dapat dan akan melakukan tiga hal untuk mendukung transisi ramah lingkungan.

Sifat guncangan tersebut penting bagi kebijakan

Pertama, perbedaan yang saya buat sebelumnya antara inflasi iklim, inflasi fosil, dan inflasi hijau penting dalam pelaksanaan kebijakan moneter.

Inflasi iklim dan inflasi fosil memiliki banyak kesamaan karakteristik, baik guncangan pasokan yang merugikan maupun guncangan perdagangan. Hal ini memerlukan respons kebijakan yang seimbang.

Di satu sisi, kehati-hatian diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif perubahan arah kebijakan moneter terhadap permintaan agregat pada saat perekonomian sedang terpuruk akibat kenaikan harga energi dan pangan. Hal ini bahkan lebih benar lagi mengingat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh invasi Rusia ke Ukraina terhadap kepercayaan dan permintaan agregat di kawasan euro.

Di sisi lain, meskipun mempertimbangkan ketidakpastian ini, perkiraan inflasi saat ini tidak lagi sejalan dengan langkah-langkah kebijakan luar biasa yang kami ambil untuk melawan inflasi yang sangat rendah. Berakhirnya pembelian aset bersih pada kuartal ketiga tahun ini, seperti yang kami perkirakan saat ini, masih akan membuat kebijakan kami secara keseluruhan sangat akomodatif.

0 Komentar