Epidemiolog: Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5 Bisa Picu Gelombang Covid-19

Epidemiolog: Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5 Bisa Picu Gelombang Covid-19
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman (Foto: Istimewa)
0 Komentar

SUBVARIAN Omicron BA.2 dan BA.5 berpeluang memicu gelombang kasus Covid-19 sebab kemampuannya menginfeksi manusia dengan sangat mudah. Hal tersebut dipaparkan oleh epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman, Senin (13/6/2022).

“Kalau tidak ada upaya yang memadai, misalnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut, vaksinasi buruk, perilaku masyarakat memakai masker juga buruk, itu dalam dua pekan bisa dominan dan bisa menyebabkan gelombang baru,” kata Dicky Budiman yang dikonfirmasi di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan BA.4 dan BA.5 merupakan turunan dari Varian of Concern (VoC) Omicron yang kini sudah menyebar di 40 lebih negara di dunia.

Baca Juga:Volodymyr Zelensky Disalahkan AS soal Invasi Rusia, Mykhailo Podoliak Kritik BidenIni Alasan Arab Saudi Cekal Film Animasi Besutan Disney Pixar ‘Lightyear’

Sebagaimana turunan VoC lain seperti mutasi L.452 Delta, kata Dicky, mutasi itu membuat BA.4 dan BA.5 mudah sekali menginfeksi manusia, tidak hanya yang belum divaksinasi, tapi juga mereka yang telah menerima dosis lengkap bahkan yang sudah pernah terinfeksi BA.1, BA.2, dan BA.

Kemampuan reinfeksi itu disebabkan oleh turunan dari mutasi Delta L.452 yang dengan mudah mengikat reseptor angiotensin converting enzyme (Ace 2) yang ada di banyak sel tubuh organ manusia, khususnya sel paru-paru.

“Dengan adanya kemampuan BA.4 dan BA.5 bisa menyiasati deteksi dari antibodi, baik dari terinfeksi maupun antibodi dari vaksinasi, maka pertumbuhan perkembangan kasusnya di kisaran 12 sampai 13 persen,” katanya.

Proyeksi pertumbuhan kasus itu, kata Dicky, berpotensi memicu gelombang dalam hitungan pekan atau bulan, meskipun tidak ada peningkatan keparahan terhadap pasien yang tertular.

Secara terpisah, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mendorong otoritas terkait segera melakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) menyusul ditemukannya delapan kasus BA.4 dan BA.5 di Bali dan Jakarta.

“Sehubungan peningkatan kasus dalam beberapa hari terakhir ini, maka disebut-sebut tentang kemungkinan peran subvarian BA.4 dan BA.5,” katanya.

Secara umum di dunia, kata Tjandra, subvarian BA.2 tetap dominan walaupun terjadi penurunan dari 44 persen menjadi 19 persen berdasarkan laporan mingguan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

Baca Juga:Polisi Tangkap AS Berperan Pendoktrin Khilafah, Temukan Data 30 Sekolah Terafiliasi Khilafatul Muslimin di MojokertoOperasi Patuh Jaya 2022, Korlantas Polri: Jangan Mencari-cari Kesalahan Pengendara

“Yang saat ini meningkat adalah subvarian BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4. Dari ke tiga ini, data terakhir menunjukkan subvarian BA.2.12.1 paling banyak ditemui, sudah terdeteksi di 53 negara dan diduga jadi penyebab penting kenaikan kasus. Artinya perlu pula dicek mendalam ada tidaknya di Indonesia,” katanya. (Ant)

0 Komentar