Efisiensi Program Pangan Berbasis Biorenik Ramah Lingkungan

Efisiensi Program Pangan Berbasis Biorenik Ramah Lingkungan
Prof I Nyoman P. Aryantha sebagai Rektor Institusi Teknologi Sumatera (Itera)
0 Komentar

Ada baiknya pemerintah ke depan mengkaji keberadaan Kementerian Pangan atau setidaknya kementerian kesehatan diubah menjadi Kementerian Pangan dan Kesehatan.

Kedua, pemerintah harus fokus mengelola penyediaan sumber pangan utama yakni karbohidrat dan protein. Kedua pangan tersebut dibutuhkan dalam kuantitas besar bagi seluruh rakyat. Untuk sumber karbohidrat utama direkomendasikan untuk difokuskan pada komoditas: padi, jagung, singkong, dan sagu sesuai kultur makanan rakyat Indonesia mulai dari Nusa Tenggara Timur sampai Papua dan sesuai kondisi daya dukung ekologis sistim budidayanya.

Sementara itu, untuk pemenuhan pangan protein, disamping optimalisasi pangan protein hewani juga disarankan program penambahan sumber pangan protein non hewani berbasis biomasa dan proses olahan
pasca panen mikroba.

Baca Juga:Istana Klarifikasi Pernyataan Jokowi yang Sebut Presiden Boleh Kampanye dan MemihakInvestasi Meningkat Tak Dibarengi Penyerapan Tenaga Kerja

Sementara itu kebutuhan pangan fungsional menjadi fokus kedua program pemerintah yang bisa digarap bersama masyarakat karena kebutuhannya secara kuantitatif jauh lebih sedikit.

Ketiga, salah satu inovasi yang diusulkan dalam program pengadaan pangan karbohidrat (sumber padi) adalah melalui aplikasi mikroba dalam konversi jerami sebagai komponen penyuburan tanah dan pola penanaman 4 siklus. Dengan strategi ini dapat mereduksi penggunaan pupuk anorganik minimal 50%. Kandungan unsur kimia (N, P, K) dari jerami yang diproses secara insitu dengan agen mikroba dapat memenuhi sebagian porsi dari kebutuhan pupuk anorganik.

Dengan siklus 4 kali penanaman (panen) maka dengan kapasitas luas sawah irigasi yang ada maka bisa meningkatkan produksi beras minimal 1,5 kali dari kapasitas sebelumnya. Keberadaan lahan sawah irigasi yang diperkirakan seluas 7,94 juta hektar dengan produksi rata-rata gabah kering giling 5,38 ton (Data BPS, 2020), maka produksi beras bisa diperkirakan per tahun dapat mencapai sekitar 80-110 juta ton. Angka ini jauh di atas angka kebutuhan beras Indonesia pada 2020 yang hanya sekitar 34,86 juta ton.

Keempat, yang terkait pangan protein, ada 2 konsep pangan protein yang diusulkan sebagai basis pengayaan ketahanan pangan yakni pangan protein berbasis biomasa mikroba dan pangan protein berbasis proses konversi oleh agen mikroba.

Sel mikroba terbuka mengandung protein yang setara bahkan juga ada yang melebihi kandungan sel hewan tergantung spesiesnya. Disamping itu, secara kualitatif kandungan asam amino esensial dari protein mikroba hampir sama kualitasnya dengan protein hewani.

0 Komentar