Efisiensi Program Pangan Berbasis Biorenik Ramah Lingkungan

Efisiensi Program Pangan Berbasis Biorenik Ramah Lingkungan
Prof I Nyoman P. Aryantha sebagai Rektor Institusi Teknologi Sumatera (Itera)
0 Komentar

Namun produksi beras nasional pada 2015-2022 sudah stagnan dan cenderung turun 0,21 persen per tahun. Produksi beras nasional rata-rata sekitar 31 juta ton per tahun. Jika ditambah dengan surplus beras akhir tahun, stok yang ada di masyarakat, swasta, dan Perum Bulog, rata-rata ketersediaan beras nasional sekitar 35 juta ton.

Prediksi dampak La Nina dan El Nino juga menghantui ketersediaan bahan pangan global. Hingga sekitar 19 negara mulai membatasi ekspor beras, untuk memprioritaskan stok domestik masing-masing negara. Sehingga stok beras global mulai menipis, dan harga beras dunia mulai melonjak.

Usulan Pakar berkaitan dengan Ketahanan Pangan

Dari hasil diskusi Forum Guru Besar ITB tanggal 17 Januari 2024 yang disampaikan oleh Prof. I Nyoman P. Aryantha, pakar Bioteknologi Mikroba, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati – ITB, Bandung menyampaikan gagasan yang berkaitan dengan reengineering pertanian, bahwa kehidupan di planet bumi didominasi oleh keragaman spesies biorenik (mikroba).

Baca Juga:Istana Klarifikasi Pernyataan Jokowi yang Sebut Presiden Boleh Kampanye dan MemihakInvestasi Meningkat Tak Dibarengi Penyerapan Tenaga Kerja

Sewajarnya mengoptimalkan peran mikroba dalam berbagai aspek kehidupan kita termasuk dalam penyediaan pangan dari hulu sampai hilir.  Terkait sumber bahan pangan utama (karbohidrat), mikroba dapat dijadikan strategi dalam peningkatan produksi pangan karbohidrat yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Demikian pula dalam pemenuhan pangan protein, sebagai porsi kuantitas kedua kebutuhan pangan, mikroba dapat menjadi solusi alternatif dalam penyediaan pangan protein yang lebih sehat, lebih efisien dan lebih ramah lingkungan. Rantai pasok pangan berbasis agen mikroba pula dapat meningkatkan kegiatan perekonomian di level UMKM yang sangat cocok bagi ketahanan ekonomi kerakyatan. Hal-hal yang dilakukan perbaikan:

Pertama, aspek kelembagaan ketahanan pangan nasional juga perlu dikritisi keberadaannya disamping aspek lain seperti potensi sumber daya alam, infrastruktur sarana-prasarana, sumber daya manusia dan program. Secara kelembagaan sewajarnya masalah pangan dikoordinasikan oleh sebuah kementerian tersendiri (kementerian pangan) seperti halnya kementerian lain.

Selama ini di Indonesia belum ada kementerian khusus bidang pangan, padahal pangan merupakan kebutuhan paling sentral dalam eksistensi kehidupan bangsa.

Sementara itu, kementerian yang semestinya lebih beririsan dengan urusan pangan adalah kementerian kesehatan yang cenderung lebih terkesan mengurusi masalah penyakit secara kuratif ketimbang membangun kesehatan masyarakat (prevensi penyakit).

0 Komentar