Di Parit London

Di Parit London
0 Komentar

Putusan lain: Brexit harus dengan deal. Tidak boleh keluar dari Uni Eropa seperti keinginan BoJo. Seperti suami yang meninggalkan istri tanpa surat cerai.

Alasan mereka: bahan makanan akan tiba-tiba langka. Ini karena belum ada kesepakatan bagaimana impor bahan makanan dari Eropa. Juga obat-obatan. Juga lainnya.

Dua putusan itu pun menjadi UU. Kalau BoJo melanggar konsekuensi banyak. Termasuk masuk penjara.

Tapi Boris tetaplah Johnson.

Baca Juga:Sejak Lengser, Teka-Teki Soeharto-Habibie Tak Pernah Bertemu Hingga Akhir HayatDetik-Detik Menegangkan, Cerita Harmoko Saat Habibie Jelang 21 Mei 1998

Masuk penjara masih lebih ringan dari tekad kuatnya sejak awal: lebih baik mati di parit dari pada mengalah.

Untung di Inggris tidak ada Cak Lontong –yang bisa bikin meme lucu. Misalnya: lebih baik mati di parit surga daripada mati di selokan neraka. (Ups, ternyata tidak selucu Cak Lontong).

Begitu dua putusan itu menjadi UU, sidang ditutup dengan tidak kalah dramatisnya: Ketua Parlemen Inggris John Bercow mengundurkan diri.

Ia memang harus gentleman –kebanggaan sikap orang Inggris. Partainya kalah suara. Banyak pembelotan.

Dan ia sendiri memang tidak setuju dengan BoJo –soal pembekuan itu. Yang ia anggap telah membunuh demokrasi.

Ada juga anggota DPR yang tidak ‘Inggris’. Mereka adalah pendukung BoJo garis keras. Mereka tidak mau menyalami Bercow. Tidak mau menjabat tangannya.

Mereka pulang begitu saja. Pulang no deal.

Begitu pengunduran diri Bercow diucapkan, malam sudah larut. Udara London 14 derajat. Di luar, hujan rinai.

Baca Juga:Habibie Sosok Penting di Balik Lahirnya TelkomselDeputi Gubernur BI: Perang Dagang Tergantung Nasib Trump di Pemilu

Banyak anggota DPR belum mau pulang. Pembekuan parlemen pun sudah berlaku. Sejak jam zero hundred tadi. Maksud saya jam 00.00 tadi.

Mereka yang berasal dari dapil-dapil Skotlandia berdiri. Mulailah mereka menyanyikan lagu nasional Skotlandia: Flower of Scotland. Maksudnya: Skotlandia bisa pisah dari Inggris bila Brexit dipaksakan dengan no deal.

Anggota DPR dari Wales melakukan hal yang sama: mengumandangkan lagu nasional Wales, Bread of Heaven. Demikian juga yang dari Irlandia Utara.

Anggota DPR dari Partai Buruh tidak mau kalah. Mereka memperlihatkan kirinya.

Para oposan itu mengalunkan lagu revolusi yang heroik: The Red Flag.

Lewat tengah malam itu, gedung parlemen Inggris menjadi sangat emosional –tapi sendu.

0 Komentar