Di Balik Perburuan Rempah, Ada Gagasan Neo-Imperialisme

Di Balik Perburuan Rempah, Ada Gagasan Neo-Imperialisme
Ilustrasi proses pemetaan peta pelayaran VOC hingga dari Amsterdam ke Hindia-Belanda. (atem.nl)
0 Komentar

Selama satu abad, Kerajaan Portugis berkuasa di Samudra Hindia. Baru pada tahun 1595 sembilan pedagang Amsterdam bergabung dan mengorganisir ekspedisi Belanda yang pertama.

“Mereka memilih Cornelis de Houtman untuk memimpinnya dan memberinya empat kapal. Rencananya adalah mengikuti rute tradisional Portugis di sekitar Tanjung Harapan dan kemudian menuju ke Banten, pelabuhan lada utama di Jawa,” lanjutnya.

Ekspedisi kedua dikirim pada tahun 1598 dengan enam kapal, dipimpin oleh Jacob van Neck, dengan Wybrand van Warwijck dan Jacob van Heemskerk, masing-masing memimpin sebuah kapal.

Baca Juga:Mudah Tergiur Untung Cepat, Awas Aplikasi Investasi FiktifSurvei SMRC: 78,9 Persen Publik Tegas Tolak Wacana Penundaan Pemilu

Van Warwijck tiba di Ternate tanpa insiden, diterima dengan baik, mengisi kapalnya dengan rempah-rempah, dan pulang, mencapai Amsterdam pada bulan September 1600.

Setelah usaha van Neck yang sukses, lusinan ekspedisi tambahan melakukan perjalanan ke Kepulauan Rempah-Rempah.

Untuk mengkonsolidasikan sumber daya, pemerintah membentuk Perusahaan Hindia Timur Belanda (Verenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC) pada tahun 1602. Dari sini juga, gagasan neo-imperialisme Belanda di Indonesia kelak dimulai. (*)

0 Komentar