Debat Ketiga Pilpres 2024: Bagaimana Strategi Para Capres?

Debat Ketiga Pilpres 2024: Bagaimana Strategi Para Capres?
Tangkapan layar Metro TV
0 Komentar

Isu Rohingya ditarik ke isu keamanan, semestinya persoalan humanitarian (isu kemanusiaan), namun dibenturkan pilihannya adalah aman atau human. Isu Rohingnya akan menjadi salah satu pembahasan hangat dalam debat selain kebijakan alutsista. Isu pengungsi Rohingya menjadi populis dan banyak dibicarakan oleh warganet di dunia maya.

Dalam perkembangan terkini, termasuk dalam percakapan di media sosial, aksi penolakan terhadap Rohingya diseret ke persoalan keamanan dan ketahanan negara. Padahal, tidak ada kaitannya. Sangat berbahaya jika dalam debat calon presiden, jika pendekatannya sangat populis dan hanya mengikuti apa yang menjadi emosi massa.

Konflik Rohingya akar masalahnya ada di Myanmar, dan di tingkat ASEAN, beberapa negara yang mengambil peran sebagai ketuanya, termasuk Brunei Darussalam, Kamboja, dan Indonesia belum bisa menyelesaikannya. Indonesia perlu mengambil peran menjadikan ASEAN berkualitas, termasuk mencari jalan keluar atas krisis geopolitik, geoekonomi, dan geostrategi. Bagaimana ASEAN dan Indonesia menyeimbangkan pertarungan antara AS-China, termasuk dalam sengketa Laut China Selatan?

Baca Juga:Kekhawatiran Capres Nomor 1 Ganjar Pranowo Soal Etika Politik Presiden JokowiKPU: Penggunaan Singkatan di Debat, asal Dijelaskan, Anies Baswedan Dikawal 125 Jenderal di Debat Presiden Putaran Ketiga

Para capres diprediksi akan tetap hati-hati dalam membahas Rohingya meski ada banyak suara yang menentang kehadiran mereka untuk mengungsi di Indonesia. Para capres akan banyak membahas mengenai perlindungan sementara untuk pengungsi Rohingya dan bagaimana cara mereka bisa mendapat suaka.

Persoalan investasi China dan strategi Amerika Serikat

Berdasarkan ukuran GDP, Republik Rakyat China (RRC) merupakan yang paling kuat di Asia. Negara-negara kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara tentunya merasakan langsung efek dari ekonomi China.

Presiden RRC Xi Jinping meluncurkan program One Belt, One Road (OBOR) pada 2013 dan dampaknya terasa di seluruh dunia. Indonesia pun turut merasakan aliran investasi dari OBOR, seperti kereta cepat Jakarta-Bandung.

Investasi dari OBOR tentunya tidak gratis dan kini Indonesia utang puluhan triliun rupiah ke China demi Whoosh.

Isu OBOR ini turut mendapat perhatian dari Amerika Serikat. Council on Foreign Relations (CFR) menulis pada 2021 lalu bahwa OBOR memberikan tantangan kepada AS di berbagai lini, mulai dari ekonomi, politik, lingkungan, hingga keamanan

Amerika Serikat kini juga punya strategi sendiri, yakni “Indo-Pacific Strategy of the United States”. Dokumen itu meliputi berbagai macam isu kerja sama dengan kawasan Indo-Pasifik, termasuk soal ekonomi, teknologi, dan keamanan.

0 Komentar