Cerita 3 Bocah HIV, Ditemukan di Sungai hingga Dilarang Bela Diri

Cerita 3 Bocah HIV, Ditemukan di Sungai hingga Dilarang Bela Diri
0 Komentar

KEMENTERIAN Kesehatan mengungkapkan, pada 2018 lalu jumlah mereka yang HIV positif dan berusia di bawah 19 tahun, mencapai 2.881 orang. Angka itu naik dari 1.622 anak dengan HIV (ADHIV) pada 2010. Jawa, Sumatera dan Bali adalah wilayah sebaran utamanya.

Mengapa bayi lahir bisa terinfeksi HIV?

HIV kerap dianggap sebagai virus yang hanya menular melalui hubungan seksual tanpa pengaman, atau jarum suntik yang dipakai bersama. Padahal HIV menginfeksi lewat berbagai cairan tubuh: sperma, cairan vagina, darah, termasuk air susu ibu.

Dalam kata lain, HIV bisa menular dari ibu hamil yang positif HIV kepada bayinya, baik pada masa kehamilan, saat persalinan dan bahkan selama menyusui.

Baca Juga:Hadapi Gerakan OPM, Begini Paparan Mantan Kepala BAIS TNIBMKG Ungkap Fenomena 200 Hari Tanpa Hujan di Beberapa Wilayah

Dengan meningkatnya jumlah anak yang HIV positif dan kasus diskriminasi terhadap mereka, Adiyana Esti, seorang dokter yang aktif memberi edukasi tentang HIV, mendatangi sejumlah ADHIV.

Esti menceritakan ulang dan memberikan salinan sejumlah pengalaman mereka. Nama ADHIV telah diganti.

Srikandi

Srikandi ditemukan di pinggir sungai saat masih bayi. Tubuhnya penuh gigitan serangga.

Saat diperiksa, dia diketahui HIV positif. Sejumlah panti asuhan menolak menerimanya “karena takut tertular”.

Nasibnya luntang-lantung hingga seorang bapak yang bersedia merawatnya.

Srikandi kini tumbuh menjadi remaja 13 tahun yang berperawakan tegap dan menyukai bela diri.

Hidupnya baik-baik saja. Beberapa lomba bela diri dimenangkannya. Sampai suatu hari ia dicurigai positif HIV karena tinggal di rumah yang dikenal menampung ADHIV.

Dia tidak lagi diizinkan ikut lomba. Sekolah mengeluarkannya, “karena khawatir akan tertular virus”.

Baca Juga:Utang Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah, Bulog: Belum Dibayar Kantor Sri MulyaniPembunuhan Jurnalis Malta: Terduga Pelaku Pembunuh Dibayar Rp 2,3 M

Srikandi bingung. Bukankah bersekolah dan berlatih bela diri adalah haknya? Mengapa dia harus dijauhi? Bukankah selama ini dia tampak sehat dan aktif, tidak ada tanda-tanda sakit.

Saat ini Srikandi masih menunggu kapan bisa kembali bersekolah dan berlatih bela diri. Dia masih menunggu bisa hidup tanpa stigma dan diskriminasi.

Tegar

“Berinteraksi dengan teman-teman baru terasa seperti mimpi. Soalnya, belakangan ada saja yang mengusirku atau teman-teman di panti. Katanya, kami penyebar penyakit mematikan.

Umurku sekarang 13 tahun. Ayahku meninggal saat aku masih dalam kandungan. Ibu meninggal saat usiaku setahun. Keduanya meninggal karena HIV. Hampir tak ada yang mau mengubur mereka karena takut tertular. Aku diasuh oleh nenekku, ibu dari ibuku.

0 Komentar