Bukan Lagi Aneh, Bekas Pelabuhan Mataram Kuno ‘Semarang Kaline Banjir’

Bukan Lagi Aneh, Bekas Pelabuhan Mataram Kuno 'Semarang Kaline Banjir'
Stasiun Semarang Tawang saat ini tidak melayani naik dan turun penumpang sampai dengan kondisi banjir teratasi.
0 Komentar

SEMARANG, ibu kota Jawa Tengah yang nasibnya serupa dengan ibu kota negara yakni Jakarta. Seperti biasa, saat musim penghujan yang cukup tinggi di wilayah Indonesia, resiko banjir bagi Semarang bukan lagi dianggap aneh.

Berbagai lini massa ramai dengan unggahan rekaman foto maupun video yang memperlihatkan Kota Semarang diterjang banjir, pada Kamis (14/3).

Warga Kota Semarang pun sudah terbiasa dengan kondisi banjir. Bukan hanya hujan yang deras, bahkan saat cuaca cerah namun tiba-tiba terjadi banjir rob juga hal biasa terjadi di Semarang. Oleh karenanya Semarang dikenal sebagai kota banjir di Jawa Tengah.

Baca Juga:Perjalanan KA Jarak Jauh dari Stasiun Gambir dan Pasar Senen Alami Gangguan Akibat Banjir SemarangMoU KAI Commuter-JRTM Jepang, Investasi Suku Cadang dan Perawatan Saraa KRL Senilai Rp734 Miliar

Rupanya sejarah Kota Semarang yang identik dengan banjir sudah dikenal sejak berabad-abad silam. Pada zaman dahulu, rupanya Kota Semarang adalah sebuah lautan pesisir yang menjadi daratan. Tak heran, air laut pun yang sedari dulu ada kini mencari jalannya sendiri untuk kembali bermuara di Kota Semarang.

Bahkan musisi keroncong Waljinah pun mencantumkan lirik lagu tentang Semarang yang dikenal sebagai kota banjir. Hal ini bisa dilihat dari sebaris liriknya “Semarang kaline banjir”.

Penggalan Semarang itu pun dinilai oleh beberapa kalangan sebagai bentuk perhatian Waljinah terhadap persoalan banjir di Kota Semarang yang tidak pernah tuntas.

Seperti dikutip dari situs resmi Geologi.co.id, sejarah Kota Semarang Jawa Tengah berawal kurang lebih pada Abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota).

Pragota merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil.

Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Di mana bagian kota Semarang Bawah yang dikenal saat ini, dulunya adalah sebuah laut.

Pada akhir abad ke-15 M Pangeran Made Pandan, menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Seiring berjalannya waktu, daerah tersebut semakin subur. Kemudian dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga daerah tersebut diberi nama Semarang.

0 Komentar