BMKG Paparkan Alasan Curah Hujan Masih Tinggi di Musim Kemarau

BMKG Paparkan Alasan Curah Hujan Masih Tinggi di Musim Kemarau
Ilustrasi hujan angin (FOTO:ANTARA Lampung/Ist)
0 Komentar

HUJAN deras terjadi di sekitar Jabodetabek sepanjang Sabtu, 6 Juli 2024, mulai dari siang hingga sore hari. Sejumlah wilayah di Jakarta terendam banjir, seperti di Kelurahan Pluit, Jakarta Utara dengan ketinggian 10 centimeter, di Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta Barat dengan ketinggian 50 centimeter dikarenakan meluapnya Kali Sekretaris.

Satu RT di Kelurahan Gandaria Utara dengan tinggi 30 centimeter yang disebabkan curah hujan yang tinggi, demikian dilaporkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jakarta, seperti dikutip Antara.

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan mayoritas daerah di Indonesia mulai dari bagian barat, tengah dan timur diguyur hujan berintensitas deras pada Sabtu, 

Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga

Dalam laporan analisa Pusat Meteorologi Publik BMKG yang diterima di Jakarta, Sabtu, daerah yang bisa terdampak hujan deras antara Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten.

Untuk Pulau Kalimantan, wilayah yang bisa terjadi hujan deras adalah Kalimantan Barat, Tengah, Selatan, Timur, dan Utara, Pulau Sulawesi (Sulawesi Utara, Tengah, Selatan, Tenggara, Barat, dan Gorontalo), Maluku (Maluku, Maluku Utara), Papua (Papua Barat, Papua Barat Daya, Tengah, Papua Selatan dan Papua Pegunungan.

Selain hujan deras, BMKG juga mengingatkan masyarakat dari mayoritas provinsi tersebut untuk mewaspadai petir dan kilat pada Sabtu mulai siang hingga Minggu dini hari.

Seharusnya Juli ini sebagian Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Namun menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, potensi hujan di sejumlah wilayah Indonesia masih tinggi bisa dipicu oleh adanya beberapa dinamika atmosfer yang masih aktif berada di wilayah Indonesia, yakni fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby Kelvin, hingga pola sirkulasi siklonik dan La Nina yang semakin memperkuat potensi pembentukan awan penghujan.

Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diprakirakan tim meteorologi BMKG dapat menimbulkan potensi hujan berintensitas sedang-lebat, disertai kilat/petir angin kencang.

BMKG menilai kondisi demikian bisa juga menimbulkan dampak cuaca ekstrem kebencanaan hidro-meteorologi yang meliputi banjir, banjir bandang, angin puting beliung, tanah longsor dan seterusnya, meskipun di saat yang bersamaan Indonesia akan menghadapi puncak musim kemarau pada medio  Juli hingga September 2024.

0 Komentar