Biaya Nyaleg Tidak Murah, Gagal Berpotensi Kacaukan Neraca Keuangan Imbasnya Kesehatan Mental

Biaya Nyaleg Tidak Murah, Gagal Berpotensi Kacaukan Neraca Keuangan Imbasnya Kesehatan Mental
Komedian Dede Sunandar bersama pendiri Perindo, Hary Tanoesoedibjo. (Instagram/@dede_sunandar)
0 Komentar

Meski ketiganya memiliki hasil berbeda, tapi memiliki kesamaan yaitu tidak sampai berutang untuk terlibat dalam kontestasi politik. Menurut perencana keuangan, sebelum maju sebagai Caleg sebaiknya yang bersangkutan harus mantap secara finansial, selain tentunya memiliki visi dan misi yang bisa menarik simpati masyarakat. Sehingga, kalaupun akhirnya gagal, keuangan Si Caleg tidak ikut babak belur.

Perencana keuangan bersertifikasi Aulia Akbar mengatakan satu hal yang perlu dilakukan ketika seseorang mengalami masalah keuangan, entah itu setelah kalah di Pemilu atau hal lainnya.

“Ketika kita mengalami masalah keuangan, entah itu karena nyaleg atau apa, mungkin kita merasa beban bertambah, keuangan berantakan, yang harus dilakukan adalah mengecek keuangan kita sendiri,” ujar Aulia.

Baca Juga:PARSENDI Pelopor Komedian Masuk SenayanSaat Klaim Asuransi Jadi Modus Pembunuhan, Begini Kata Praktisi Hukum

“Apakah kita ada utang, apakah utangnya masih dalam batas yang normal. Lalu, apakah kita masih punya cash, cash masih dalam batas normal atau tidak. Apakah masih ada dana darurat. Jadi dicari dulu masalahnya ada atau tidak,” imbuhnya.

Dianggap Biaya Pengalaman

Sementara itu, Harabdu Tohar juga menjadi salah satu artis yang maju sebagai Caleg. Komedian yang lebih dikenal dengan nama Bedu ini mengaku tidak mengeluarkan fulus sampai miliaran. Baginya, uang yang dikeluarkan dianggap sebagai biaya untuk membeli pengalamannya nyemplung di dunia politik, sehingga kalaupun gagal melenggang ke Senayan, Bedu tidak merasa kecewa. Apalagi menurutnya ada keterkaitan antara kondisi keuangan dengan kesehatan mental.

“Cek dulu kesehatan keuangan dan kesehatan mental. Jika kesehatan uang aman, mental juga terjaga. Kalau gagal lolos dan uang tidak sehat, kesehatan mental juga terganggu,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan Opie Kumis. Ia tidak pernah menyesali keputusannya terjun ke dunia politik walau akhirnya gagal.

“Dalam pesta demokrasi tidak pernah berpikiran menang atau kalah yang penting sudah ikut sumbangsih dalam pesta demokrasi, kenal dengan masyarakat. Jadi dalam pesta demokrasi menang atau kalah itu hal biasa. Gak pernah ada penyesalan atau kecewa,” ucap Opie Kumis.

Dari mereka kita belajar, bahwa meramaikan pesta demokrasi tidak melulu berbiaya mewah. Dan perlu dicatat, pentingnya meluruskan niat bahwa ikut dalam kontestasi politik bukanlah sekadar perjalanan karier melainkan sebuah pengabdian. Sehingga, dibutuhkan financial freedom atau kebebasan finansial terlebih dulu sebelum nyaleg. (*)

Laman:

1 2
0 Komentar