Benarkah Rp180 Triliun Hilang Disedot Negara Tetangga?

Ilustrasi
Ilustrasi
0 Komentar

MENGAPA orang Indonesia lebih senang berobat ke negara tetangga? Buruknya layanan kesehatan di Indonesia menyebabkan hilangnya 11,5 miliar dolar AS atau  Rp180 triliun.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti kerugian negara mencapai Rp180 triliun karena Warga Negara Indonesia (WNI) yang lebih memilih berobat ke luar negeri.

Pernyataan itu dikemukakan Presiden Jokowi saat berpidato dalam agenda pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten, Rabu.

Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum

“Ini bolak balik saya sampaikan, satu juta lebih masyarakat kita berobat ke luar negeri, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Eropa, Amerika, dan kita kehilangan 11,5 miliar dolar AS. Itu kalau dirupiahkan 180 triliun hilang,” kata Presiden Jokowi.

Menurut sinyalemen Presiden Jokowi banyak warga negara yang lebih senang berobat di negara tetangga, tetapi tidak sebanyak negara-negara persemakmuran. Pasti ada sebab atau alasan orang berobat ke luar negeri (Malaysia atau Singapura). Pertama, layanan kesehatan di Indonesia masih kurang, di luar negeri pelayanan kesehatan lebih baik,

Kedua, karena biaya berobat di luar negeri lebih dengan diberikan layanan yang baik. Ketiga, perbandingan jumlah dokter (rasio dokter) 0,47 dibanding 1000 penduduk, atau peringkat 147 dunia dari 150 negara dan peringkat 9 di ASEAN, seharusnya rasio 1 : 1000.

Negara Indonesia membutuhkan 29.000 spesialis, baru bisa mencetak 2.700 dokter spesialis, gap-nya sangat jauh dan setiap tahun kebutuhan dokter spesalis makin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk.

Tragisnya 52,8 persen dari jumlah dokter spesialais (atau 9.5254 dokter spesialis) tinggal dan prakteknya di Jakarta. Sementara, di NTT dan provinsi bagian Timur Indonesia hanya antara 1-3 persen. Jika diambil sampel di provinsi Sulawesi Barat hanya 88 dokter spesialis, mungkin pertimbangan perputaran uang di Jakarta lebih besar atau jumlah pasiennya lebih banyak.

Jika dilihat dari jumlah rumah sakit yang memiliki tipe A atau lebih banyak di pulau Jawa, di Jakarta ada 18 rumah sakit tipe A, diperbandingkan dengan tetangga provinsi terdekat di luar Jawa, provinsi Lampung hanya memiliki 1 rumah sakit tipe A, ada 13 provinsi di Indonesia yang belum memiliki rumah sakit tipe A (Banten,Bengkulu Gorontalo, Jambi, Kalteng, Kaltara, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua dan Papua Barat).

0 Komentar