Begini Alasan Greenpeace Blokir Kapal Pertamina Prime dan Kapal Tanker Seaoath

Begini Alasan Greenpeace Blokir Kapal Pertamina Prime dan Kapal Tanker Seaoath
Greenpeace memblokir dua kapal tanker yang memuat pengiriman minyak dari Rusia. Salah satunya adalah kapal milik BUMN Indonesia, Pertamina Prime di lepas pantai Denmark pada Kamis (4/4/2022). (Greenpeace)
0 Komentar

KAPAL Pertamina Prime dan kapal tanker Seaoath dicegat Greenpeace di Denmark utara karena diduga membawa minyak dari Rusia. Para aktivis Greenpeace berencana memblokir transaksi minyak antar kapal tersebut.

Kapal Seaoath tiba dari Rusia membawa 100.000 ton minyak mentah Ural diduga berusaha untuk mengirimkan minyak ke kapal tanker Pertamina Prime yang lebih besar.

Pertamina Prime merupakan kapal kedua PT Pertamina International Shipping yang merupakan kapal single screw driven single deck type crude oil tanker dengan panjang 330 meter dan draft 21,55 meter.

Baca Juga:Emmanuel Macron Sebut Ada Indikasi Pasukan Rusia Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan Warga Sipil di BuchaPetinggi Ripple (XRP) Dukung Kampanye Transisi Bitcoin untuk Beralih ke Proof-of-Stake (PoS) yang Ramah Energi

Aksi blokade dilakukan Greenpeace dengan berenang dan menumpangi perahu kecil. Sejumlah orang memblokir dua kapal itu agar pengiriman tidak bisa dilakukan.

Greenpeace menyampaikan setiap minyak atau gas Rusia dibeli, perang akan terus berlangsung. Sejauh ini setidaknya 299 supertanker dengan bahan bakar fosil telah meninggalkan Rusia sejak dimulainya perang di Ukraina.

Greenpeace menyerukan divestasi global dan penghentian penggunaan bahan bakar fosil dan embargo bahan bakar fosil Rusia untuk menghentikan pendanaan perang.

“Jelas bahwa bahan bakar fosil dan uang yang mengalir ke dalamnya adalah akar penyebab krisis iklim, konflik, dan perang, yang menyebabkan penderitaan besar bagi orang-orang di seluruh dunia. Pemerintah seharusnya tidak memiliki alasan mengapa mereka terus membuang uang ke bahan bakar fosil yang menguntungkan segelintir orang dan memicu perang, sekarang di Ukraina. Jika kita ingin berdiri untuk perdamaian, kita harus mengakhiri ini dan segera keluar dari minyak dan gas.” kata Kepala Greenpeace Denmark Sune Scheller dikutip dari situs Greenpeace, Senin (4/4/2022). (*)

0 Komentar