Banyak Bangunan Era Kolonial di Pelabuhan Cirebon, Jafarudin: Saya Miris Ada Bangunan Bernilai Sejarah Penting Terancam Ambruk

Banyak Bangunan Era Kolonial di Pelabuhan Cirebon, Jafarudin: Saya Miris Ada Bangunan Bernilai Sejarah Penting Terancam Ambruk
Jafarudin, SE bersama Kepala Kampus Politeknik LP3I Cirebon Aris Armunanto, SE. Ak., MM di depan bangunan Kantoor van de Nederlandsche Handel Maatschappij te Cheribon yang dibangun pertengahan abad 19.
0 Komentar

PADA 1865, pemerintahan kolonial Belanda membangun Pelabuhan Cirebon di Cirebon Jawa Barat.

Bahkan menurut beberapa catatan sejarah, Cirebon yang terletak di pesisir Pantai Utara ini seringkali dikunjungi kapal-kapal besar, kapal Portugis sebagaimana pernah dicatat pelaut Portugis, Tome Pires pada 1513.

Dalam catatannya, Tome Pires menyebut kala itu Pelabuhan Cirebon sangat ramai, di mana sungai-sungainya jadi sarana lalu lintas kapal-kapal ukuran besar dan kegiatan perdagangan.

Baca Juga:Caleg DPRD Kota Cirebon Kunjungi Lonceng Gajah Mungkur Kraton KanomanBerantas Korupsi hingga Akar, Ganjar Pranowo Jadikan Pulau Nusakambangan Tempat Penahanan Koruptor

Pelabuhan Cirebon dilengkapi dengan fasilitas penumpukan petikemas, terminal batubara, terminal aspal curah dan tangki penampungan minyak kelapa sawit.

Selain itu, Pelabuhan Cirebon juga dapat melayani barang curah kering, curah cair, dan barang dalam karung.

Belanda sendiri mulai membangun Pelabuhan Cirebon pada 1865 dengan fase awal dibangun parit yang mengelilingi pelabuhan. Bagi Belanda, keberadaan pelabuhan di Cirebon sangat penting. Ini mengingat banyak sekali komoditas perkebunan yang dihasilkan dari kawasan Cirebon, Majalengka, Kuningan, dan Indramayu yang bisa diekspor. Terutama perkebunan tebu yang menghasilkan manisnya gula.

Bahkan pada tahun 1919, pemerintah Kolonial Belanda menambah jumlah gudang-gudang baru karena kapasitas pelabuhan ini yang semakin besar. Berikutnya pada 1927, kantor pelabuhan pun dibangun untuk melengkapi fasilitas di sana.

Oleh Belanda, status Pelabuhan Cirebon menginduk ke Tanjung Emas di Semarang. Status ini masih berlaku hingga masa penjajahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1951, Pelabuhan Cirebon diberikan hak otonomi dari segi operasional dan organisasi hingga kemudian dibentuk PN Pelabuhan (cikal bakal Pelindo) yang mengelola pelabuhan ini.

Dalam sebuah kesempatan, salah seorang Caleg DPRD Kota Cirebon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan nomor urut 5 wilayah Kejaksan dan Pekalipan,  Jafarudin mengelilingi kawasan Pelabuhan Cirebon yang diharapkan menjadi destinasi wisata sejarah atau heritage untuk meningkatkan minat kunjungan wisatawan. Sebab, di sana terdapat banyak gedung tua bernilai sejarah.

Baca Juga:Isi Kuliah Kebangsaan UMC Cirebon, Ganjar: Pemilu Damai Jaga Situasi KondusifBongkar Kebaya Merah Ditemukan 92 Video Porno 100 Foto Telanjang, Pesan Konten Syur di Twitter

”Saya sangat miris dan prihatin melihat banyak gedung tua yang bernilai sejarah ini terancam hilang dan roboh,” ungkapnya, Sabtu (9/12).

Menurutnya, pelabuhan Cirebon adalah satu kawasan yang banyak berdiri bangunan tua dan megah yang dibangun pada era kolonial Belanda. Kawasan ini seolah lorong waktu, kata Jafarudin, yang akan membawa kita ke zaman kolonial. Zaman ketika Belanda, dengan VOC-nya berkuasa di negeri ini. Pada era Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, kawasan ini adalah pusat pemerintahan Kota Cirebon atau di era itu disebut Gemeente Cheribon.

0 Komentar