Bagaimana Zionisme Menghasut Sapi Merah, Narasi Akhir Zaman?

Sapi Merah kelahiran Texas sedang merumput di Israel. (Foto: Temple Institute)
Sapi Merah kelahiran Texas sedang merumput di Israel. (Foto: Temple Institute)
0 Komentar

 Mereka berkata, “Panggillah Tuhanmu agar kami menjelaskan kepada kami apa itu. Sesungguhnya bagi kita semua sapi itu sama. Dan sesungguhnya jika Allah menghendaki, kita akan mendapat petunjuk.” Dia [Musa (Musa)] berkata, “Dia berkata: ‘Itu adalah seekor sapi yang tidak terlatih untuk memiringkan tanah atau menyirami ladang, sehat, tidak memiliki warna lain kecuali kuning cerah. ‘ Mereka berkata, ‘Sekarang kamu telah membawa kebenaran.’ Jadi mereka menyembelihnya meskipun mereka hampir tidak melakukannya. Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seorang laki-laki dan kemudian terjadi perselisihan di antara kamu mengenai kejahatannya. Namun memunculkan apa yang kamu sembunyikan. Maka Kami berkata: “Pukul dia (orang mati) dengan sepotong (sapi).” Demikianlah Allah menghidupkan orang mati dan menunjukkan kepadamu Aya-Nya: (bukti, bukti, ayat, pelajaran, tanda-tanda, wahyu, dll) agar kamu mengerti. (Al-Baqarah, 67-73)

Al-Qur’an menyoroti makna simbolis dari jenis sapi tertentu dan peran ritualistiknya, yang mencerminkan penghormatan tradisi Yahudi terhadap Sapi Merah. Meskipun konteksnya berbeda, rasa saling menghormati terhadap sapi muncul dalam agama-agama Ibrahim. Perlu disebutkan bahwa wacana Al-Qur’an tentang bani Israel menyoroti sapi betina karena orang-orang ini membuat sapi emas tanpa kehadiran Musa dan mulai berdoa kepadanya.

Abad Kedua Puluh Satu

Ketika narasinya beralih ke masa kini, Sapi Merah menjadi titik fokus dalam konflik Israel-Palestina yang bergejolak. Diperoleh dengan biaya yang besar dari Texas hingga wilayah pendudukan, spesimen langka ini menandakan tekad kelompok tertentu untuk memenuhi kondisi nubuatan seputar Sapi Merah. Yang memimpin upaya ini adalah Temple Institute, sebuah organisasi sayap kanan Israel, yang meningkatkan ketegangan dan memicu kekhawatiran atas potensi konsekuensi dari pengorbanan tersebut.

Baca Juga:Yayasan Konsumen Muslim Indonesia Rilis Sejumlah Nama Perusahaan dengan Produk Terbukti Terafiliasi Israel, Begini Tanggapan Wasekjen MUIPernyataan Lengkap Princess of Wales, Kate Middleton: Bagi Siapa pun yang Menghadapi Penyakit ini, Mohon Jangan Putus Asa

Inti dari perselisihan ini terletak pada keyakinan bahwa pembangunan Kuil Ketiga memerlukan pembongkaran Masjid Al-Aqsa, salah satu situs suci umat Islam. Keyakinan ini, yang berakar pada interpretasi tertentu terhadap kitab suci dan tradisi Yahudi, secara langsung bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan signifikansi sejarah masjid. Prospek penodaan situs suci ini telah memicu kecaman luas dan kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan di wilayah yang sudah tidak stabil ini.

0 Komentar