Awas Inflasi

Awas Inflasi
Warga Ukraina mengungsi ke wilayah negara tetangga. Foto: AFP
0 Komentar

Dunia saat ini khususnya kawasan Ero pa tengah mengalami peningkatan ak tivitas ekonomi. Hal ini tercermin dari kegiatan manufaktur di Eropa ber ada pada level 58,7 seiring dengan meredanya isu gangguan pasokan bahan baku. Sementara AS, meski mengalami perlambatan namun tetap berada dalam kategori ekspansi dengan level manufaktur 55,5.

Kedua indikator di kawasan itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan level global secara keseluruhan yang se besar 53,2. Inflasi yang tinggi, dipicu oleh kenaikan harga komoditas dunia dan gangguan supply chain karena embargo ekonomi yang diterapkan AS dan sekutunya, memicu kenaikan harga barang yang lain. Untuk meredam ge jolak inflasi, bank-bank sentral akan menaikkan bunga acuan.

Kemudian, perbankan me respons dengan me naikkan bunga pinjaman sehingga mendongkrak biaya dana bagi pelaku usaha. Rusia adalah pema sok utama minyak men tah dan gas bumi ke negara-negara Eropa. Jika pasokan minyak dan gas terhenti, dampaknya bakal melemahkan perekonomian Be nua Biru itu. Apalagi jika dalam waktu bersamaan juga terjadi gangguan rantai pasok global akibat sanksi terhadap Rusia.

Baca Juga:Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin Segera Disidang di Pengadilan Tipikor PalembangIni Bukti Bank-Bank Rusia Sudah Siap Hadapi Sanksi Dari AS Sejak Tahun Lalu

Harapan pemulihan ekonomi global akan sirna jika lonjakan harga komoditas energi dan barang-barang tak bisa dibendung. Dalam konteks ini, Indonesia harus mewaspadai dampak rambatan inflasi global, terutama risiko imported inflation atau inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor dari luar negeri akibat efek perubahan nilai tukar.

Koordinasi antara pemerintah pusat sebagai penguasa fiskal dengan Bank Indonesia maupun pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah menjadi kunci untuk memitigasi berbagai tantangan pencapaian inflasi tahun 2022, baik yang berasal dari global maupun domestik.

Selain koordinasi, untuk meminimalisasi dampak inflasi dari konflik ini perlu dilakukan substitusi impor, terutama untuk barang-barang yang diimpor secara langsung dari Rusia dan Ukraina. Di samping itu, pemerintah dan PT Per tamina (Persero) harus menyiapkan dana yang lebih besar untuk menahan kenaikan harga BBM subsidi agar inflasi tidak terlalu melonjak menjelang Lebaran.

Mitigasi risiko dari sisi harga energy perlu dilakukan di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat seiring pemulihan ekonomi. Pemerintah bersiap menggenjot pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,2%, lebih tinggi dari ca paian 2021 sebesar 3,69%.

0 Komentar