Asap Putih yang Diduga Chemtrail di Langit Jakarta, Daur Ulang Teori Konspirasi Lawas

Asap Putih yang Diduga Chemtrail di Langit Jakarta, Daur Ulang Teori Konspirasi Lawas
Gambar Tangkapan Layar Klaim tentang COVID-19 Varian Omicron Muncul Akibat Keracunan Chemtrail di Udara (sumber: Facebook).
0 Komentar

Jim Marss menyodorkan “bukti” yang menyokong keyakinannya. Pada 2007, menurut Jim, reporter stasiun televisi di Lousiana menguji kandungan yang ada pada kabut putih atau chemtrail yang ditinggalkan satu pesawat. “Hasilnya, ada 6,8 part per million (ppm) barium,” kata Jim. Kadar barium di udara ini, dia mengklaim, tiga kali lebih tinggi dari standar yang diperkenankan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA).

Klaim Jim Marss itu dibantah oleh David E. Thomas dari Committee for Skeptical Inquiry. Menurut David, reporter televisi dan Jim salah membaca angka hasil uji laboratorium. Kenyataannya, David menulis di Sketical Inquirer, kadar barium pada kabut asap itu masih jauh di bawah ambang batas dari EPA.

Kabar soal “proyek rahasia” chemtrail ini sebenarnya sudah berumur 26 tahun. Pada 1996, Kepala Staf Angkatan Udara Amerika menugasi sejumlah perwira menengah, di antaranya Kolonel Tamzy J. House dan Letnan Kolonel James J. Near, untuk mengkaji pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca untuk kepentingan militer.

Baca Juga:Piala AFF U-23 2022 Hari Ini: Thailand Lawan Singapura, Bagaimana Nasib Timnas Indonesia U-23 dan Myanmar Usai Badai Covid-19?Prediksi dan Link Live Streaming Duel Inter Milan vs Liverpool

Hasil kajian mereka tertuang dalam dokumen bertajuk “Weather as a Force Multiplier: Owning the Weather in 2025″. Menurut dokumen itu, ada banyak peluang memanfaatkan cuaca untuk kepentingan militer. Beberapa yang disebut antara lain memperkuat hujan badai atau menciptakan kabut untuk mempengaruhi kondisi atau kekuatan musuh.

Selama ini, mengutip Jenderal Dwight Eisenhower, cuaca selalu jadi musuh besar dalam setiap operasi. Musuh itu kini bisa dijinakkan. Kolonel Tamzy dan timnya berpendapat, teknologi modifikasi cuaca akan makin matang dan sempurna, sehingga siapa pun pihak yang punya sumber daya dan teknologi, suatu saat nanti akan bisa “menguasai” atau “mengendalikan” cuaca. “Teknologinya sudah ada di luar sana, menunggu kita untuk menjemputnya, sehingga pada tahun 2025, cuaca akan jadi milik kita,” Kolonel Tamzy menulis.

Dokumen itulah yang jadi sumber gosip bahwa militer Amerika tengah melakukan uji coba teknologi modifikasi cuaca. Kabut putih di ekor pesawat yang sering tampak terang benderang di siang hari jadi buktinya. Angkatan Udara Amerika sudah menerbitkan bantahan panjang-lebar soal “proyek rahasia” chemtrail itu. Menurut Angkatan Udara, mereka tak sedang mengerjakan uji coba modifikasi cuaca dan tak punya rencana untuk mengembangkan teknologinya.

0 Komentar