Alasan Volodymyr Zelensky Tawarkan Yerusalem Lokasi Ideal Dialog Rusia-Ukraina

Alasan Volodymyr Zelensky Tawarkan Yerusalem Lokasi Ideal Dialog Rusia-Ukraina
Presiden Zelensky. (Wikimedia Commons/The Presidential Administration of Ukraine/Mykhaylo Markiv), PM Bennett (Wikimedia Commons/Adi Cohen Zedek), Presiden Putin (Wikimedia Commons, Kremlin.ru) -
0 Komentar

PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Hari Minggu, Israel sedang melakukan banyak upaya untuk mengatur pembicaraan damai tingkat atas, antara negaranya dan Rusia yang dinilai mungkin terjadi di Yerusalem.

Dalam seruan hariannya kepada Ukraina setelah pidato secara online di hadapan Parlemen Israel, Presiden Zelensky mengatakan Perdana Menteri Naftali Bennett telah berusaha untuk bertindak sebagai perantara antara Kyiv dan Moskow.

“Tentu saja, Israel memiliki kepentingan, strategi untuk melindungi warganya. Kami memahami semuanya,” ujar Presiden Zelensky melansir Reuters 21 Maret.

Baca Juga:Pemerintahan Joe Biden Tetapkan Militer Myanmar Lakukan Genosida Terhadap Etnis RohingyaBertemu Gibran, Pura Mangkunegaran Siapkan Konsep Pengembangan Pariwisata

“Perdana Menteri Israel, Tuan Bennett sedang berusaha menemukan cara untuk mengadakan pembicaraan. Dan kami berterima kasih untuk ini. Kami berterima kasih atas usahanya, sehingga cepat atau lambat kami akan mulai melakukan pembicaraan dengan Rusia, mungkin di Yerusalem.”

“Itu tempat yang tepat untuk menemukan kedamaian. Jika memungkinkan,” tandasnya.

Dalam seminggu terakhir, PM Bennett telah mengintensifkan upayanya untuk menyatukan kedua belah pihak, berbicara beberapa kali dengan Presiden Zelensky dan Presiden Putin, termasuk terbang secara rahasi pekan lalu ke Moskow untuk bertemu dengan Pemimpin Kremlin.

Sebelumnya, Turki dan Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan bersedia untuk memfasilitasi pertemuan Presiden Putin dan Presiden Zelensky. Terbaru, Presiden Erdogan menyebut Ankara atau Istanbul sebagai lokasi pertemuan.

Presiden Erdogan juga diketahui menjalin komunikasi dengan kedua presiden negara yang sedang bertikai tersebut, untuk meredam ketegangan sejak invasi berlangsung pada 24 Februari lalu. (*)

0 Komentar