Ahli Jantung UI: Dunia Kedokteran Tak Ada Ruang Testimoni, Meski Itu dari Menteri atau Presiden!

Ahli Jantung UI: Dunia Kedokteran Tak Ada Ruang Testimoni, Meski Itu dari Menteri atau Presiden!
Dokter Spesialis Jantung dr Bambang Budiono SpJP FIHA FAPSC FAPSIC FSCAI
0 Komentar

DOKTER spesialis jantung dari Universitas Indonesia Bambang Budiono bilang, di dalam dunia kedokteran tak memberi ruang untuk testimoni dalam metode penyembuhan penyakit karena tidak bisa diuji secara klinis.

“Sekalipun diucapkan oleh seorang menteri atau bahkan presiden pun, testimoni tak akan pernah memiliki nilai setara bukti klinis,” kata Bambang Budiono melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat 8 April dikutip dari Antara.

Pengamat masalah kesehatan ini bilang karena belakangan ini media online dan televisi diwarnai kabar pemberhentian seorang dokter ternama dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dia tidak menyebut detail siapa sosok yang dimaksud.

Baca Juga:Bisa Menyembuhkan Tapi Tak Ada Uji Klinis, Pakar Ungkit Fenomena Tongkat Perkins Terkait Polemik TerawanRangkuman Operasi Militer Khusus Rusia Hari ke-44 ke Ukraina, Adakah Berakhir dalam Waktu Dekat

Ia mengatakan dalam menguji keampuhan suatu metode pengobatan ada beberapa cara atau metodologi yang lazim dilakukan dan telah diterima secara luas di dunia medis.

“Bisa menggunakan hasil antara atau ‘surrogate end point’, misalnya melihat adanya perubahan penanda khusus dari hasil laboratorium, melihat perubahan dari pencitraan khusus (kardiologi nuklir, ekokardiografi, dll) yang digunakan untuk melihat dampak suatu pengobatan,” katanya.

Bisa juga dengan menggunakan data klinis sebagai hasil akhir, misalnya peningkatan kemampuan fisik, penurunan kekerapan dirawat di rumah sakit akibat gagal jantung, penurunan kejadian serangan jantung dan kematian, dan lainnya.

Menilai keunggulan suatu metode pengobatan, bisa dilakukan dengan membandingkan obat atau metoda baru dengan terapi standar (jika sudah ada), atau membandingkan dengan suatu bahan yang tidak aktif yang disebut plasebo, kata Bambang.

Metode penelitian yang terbaik jika dilakukan randomisasi atau acak, kata Bambang, pasien dan dokter tak tahu yang mana obat aktif dan mana plasebo, karena kemasan plasebo dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk obat atau zat aktif.

Biasanya akan diberi kode dan pada akhir penelitian baru dibuka untuk mengetahui mana yang zat aktif dan mana yang plasebo.

“Perlu diketahui, plasebo meskipun bukan suatu zat aktif, bisa memiliki dampak seperti zat aktif, baik khasiat maupun efek sampingnya,” katanya.

Baca Juga:Operasi Militer Khusus Rusia ke Ukraina, Kremlin: Kami Mengalami Kerugian Pasukan yang SignifikanGaduh Jokowi 3 Periode, Rocky Gerung: Tokoh Intelektual dan Pakar Hukum Tata Negara Sudah Disewa Bikin Opini Masuk Akalnya Tiga Periode

Ia mengatakan seorang pasien yang memperoleh kapsul berisi tepung, bisa terjadi penurunan kadar gula darah, penurunan tensi, penurunan kadar cholesterol, maupun berkurangnya keluhan klinis.

0 Komentar