Ada Cahaya Terbesar di Laut Selatan Yogyakarta dan Jawa Tengah, Belum Terjawab Secara Sains

Ada Cahaya Terbesar di Laut Selatan Yogyakarta dan Jawa Tengah, Belum Terjawab Secara Sains
Foto satelit berhasil menangkap fenomena langka laut bercahaya di malam hari di selatan Jawa, berikut penjelasan secara sains. (engr.source.colostate.edu)
0 Komentar

Dr. Nealson, yang tidak terlibat dalam penelitian satelit dan tim melaporkan pada 1970 bahwa suspensi encer dari jenis bakteri tertentu disebut tidak memancarkan sinar. Namun jika dibiarkan berkembang biak, mikroba dapat tiba-tiba menyala seperti lampu.

Para peneliti menyatakan bahwa fenomena aneh seperti laut bercahaya disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri yang bisa memancarkan cahaya atau ganggang laut di permukaan air.

Sedangkan dari pengamatan citra satelit, fenomena itu bisa ditangkap menggunakan sensor Indera Siang-Malam. Sensor satelit itu bisa mendeteksi cahaya di permukaan air laut yang terjadi di samping cahaya dari wilayah daratan.

Baca Juga:Polisi Ungkap 3 dari 4 korban Meninggal Dunia Berusia SepuhHasil Otopsi 4 Orang 1 Keluarga Meninggal Dunia Diduga Tidak Makan dan Minum Cukup Lama

“Sensor Indera Siang-Malam satelit tidak berhenti memukau dengan kemampuannya mengungkapkan cahaya di kegelapan malam. Layaknya Kapten Ahab di novel Moby-Dick, memburu fenomena permukaan laut bercahaya sudah menjadi perhatian saya selama bertahun-tahun,” kata calon Direktur CIRA, Steve Miller.

Laut bercahaya masih misteri

Miller menyatakan dia dan tim peneliti menemukan 12 fenomena itu muncul dan menghilang antara 2012 sampai 2021. Selain itu, fenomena tersebut hanya bisa disaksikan pada malam hari dan mengikuti pergerakan air dan arus laut.

“Fenomena air laut bercahaya adalah kejadian alam yang belum bisa kami jelaskan,” ujar Miller.

Milky seas, kata Miller, merupakan bagian terkenal dari cerita rakyat maritim. Tetapi karena sifatnya yang terpencil dan sulit dipahami, mereka sangat sulit untuk dipelajari dan lebih menjadi bagian dari cerita rakyat itu daripada sains.

Dilansir dari Space, sampai saat ini, hanya satu kapal penelitian yang pernah menemukan milky seas. Kru mengumpulkan sampel dan menentukan strain bakteri bercahaya yang disebut Vibrio harveyi yang menjajah alga di permukaan air.

Tidak seperti bioluminesensi yang terjadi di dekat pantai, di mana organisme kecil yang disebut dinoflagellata berkedip cemerlang ketika terganggu, bakteri bercahaya bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda. Begitu populasi mereka menjadi cukup besar, sekitar 100 juta sel individu per mililiter air, mereka semua mulai bersinar dengan mantap.

Namun ahli biologi belum tahu persis tentang bakteri ini, apa yang menyebabkan tampilan masif ini tetap menjadi misteri. Karena jika bakteri yang tumbuh di alga adalah penyebab utama milky seas, maka seharusnya mereka akan terjadi di semua tempat dan dalam waktu yang lama. (*)

0 Komentar