79 Tahun Indonesia Merdeka: Literasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Suasana Ruang Perpustakaan Kota Salatiga di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga, Jalan Adisucipto N
Suasana Ruang Perpustakaan Kota Salatiga di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga, Jalan Adisucipto No 7 Kota Salatiga. (Foto. Josua Gian A)
0 Komentar

Programme for International Student Assessment atau PISA adalah studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti sekitar 80 negara di seluruh dunia. PISA telah diselenggarakan sejak tahun 2000, sampai yang terakhir adalah penilaian pada 2022.

PISA berada di bawah naungan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Tujuan penilaian PISA adalah untuk menilai sejauh mana siswa di negara OECD dan negara mitra telah memperoleh kemahiran yang tepat dalam aspek membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan.

Adapun penilaian PISA dilakukan untuk siswa berusia 15 tahun dan diadakan setiap 3 tahun sekali. Tiga aspek yang dinilai adalah literasi membaca, matematika, dan sains.

Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya

Menurut Programme for International Student Assessment (PISA) atau program penilaian pelajar internasional, skor literasi membaca Indonesia turun pada 2022.

Penilaian ini dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Pada 2022 skor literasi membaca PISA Indonesia mencapai 359 poin, berkurang 12 poin dibanding tahun 2018.

Kendati begitu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menilai penurunan poin Indonesia tidak lebih buruk dari negara lainnya.

“Kita melihat rata-rata dunia itu turun sekitar 18 poin, tapi Indonesia hanya turun 12 poin. Jadi secara signifikan lebih baik daripada rata-rata internasional,” kata Nadiem dalam konferensi pers, Rabu 6 Desember 2023.

Menurut Nadiem, relatif kecilnya ketertinggalan pembelajaran atau learning loss Indonesia mencerminkan ketangguhan guru, yang juga didukung berbagai program penanganan pandemi dari Kemendikbudristek.

“Bantuan kuota internet diberikan pada lebih dari 25 juta murid dan 1,7 juta guru agar dapat mengakses materi dan melaksanakan pembelajaran secara daring,” kata Nadiem.

Baca Juga:Demonstrasi Besar Mahasiswa di Bangladesh Berujung Kerusuhan, Ini Penyebab dan Jumlah KorbanKomnas HAM Terjun Langsung Tangani Kasus Kematian Wartawan TribrataTV di Karo

OECD biasanya menggelar studi PISA setiap tiga tahun sekali, dengan melibatkan 37 negara anggota OECD dan 44 negara mitra.

Awalnya, jadwal studi PISA adalah tahun 2021. Namun, pelaksanaan koleksi datanya diundur menjadi Mei-Juni 2022, setelah pandemi Covid-19 mereda.

Di Indonesia, program ini melibatkan sampel 14.340 siswa berusia 15 tahun yang dipilih secara acak dari 413 sekolah/madrasah.

Sampelnya dianggap merepresentasikan seluruh demografi Indonesia, termasuk daerah tertinggal.

Rendahnya literasi membaca Indonesia itu bisa dikaitkan dengan angka buta huruf di Indonesia yang masih tinggi. Diera teknologi dan informasi yang masif seperti sekarang, tetap tidak menyingkirkan fakta bahwa jutaan penduduk Indonesia masih ada yang buta huruf.

0 Komentar