5 Fakta Menarik ‘Donald Trump-nya’ Korea Selatan, Presiden Terpilih Yoon Suk-yeol

5 Fakta Menarik 'Donald Trump-nya' Korea Selatan, Presiden Terpilih Yoon Suk-yeol
Yoon Suk-yeol
0 Komentar

Keras terhadap Korea Utara.

Presiden Moon Jae-in lebih mengedepankan diplomasi dengan Korea Utara sebagai pusat ambisi kebijakan luar negerinya. Namun, kepresidenan Yoon akan menandai perubahan dalam hubungan antar-Korea. Ia telah menyerukan kerja sama yang lebih besar dengan Amerika Serikat (AS) untuk menghadapi ancaman nuklir Korea Utara. Yoon juga ingin mengembangkan teknologi yang memungkinkan Korea Selatan melancarkan serangan terlebih dahulu, apabila ancaman nuklir Korea Utara bakal segera terjadi.

Menurutnya, sanksi internasional diperlukan untuk menekan Korea Utara agar menyerahkan senjata nuklirnya. Artinya, pria 61 tahun ini akan menyelaraskan tujuan denulirisasinya dengan AS, alih-alih menjadikan AS sebagai mediator seperti saat Moon mengupayakan negosiasi antara Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump.

Merapat ke AS untuk menghadapi China.

Konsisten dengan sikap lama Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif, Yoon telah menekankan aliansi AS-Korea Selatan yang lebih kuat, terutama untuk memantau Korea Utara. Ia pun telah meminta negaranya agar berperan lebih besar dalam hubungannya dengan AS dengan bekerja sama dalam isu ‘garda baru’ yang menjadi kunci persaingan ekonomi AS-China. Industri teknologi canggih Korea Selatan pun ingin dimanfaatkannya dalam strategi tersebut, misalnya ketahanan rantai pasokan melalui baterai kendaraan listrik, ruang angkasa, dan keamanan siber.

Baca Juga:Pasangkan Dasi untuk Ariel NOAH di Depan Alleia Jadi Sorotan Warganet, 7 Potret Memesona Tyna Dwi JayantiMantan Jaksa Agung Yoon Suk-yeol Terpilih Jadi Presiden Baru Korea Selatan 

Pria yang lahir pada 18 Desember 1960 ini juga mencoba untuk menyeimbangkan kepentingan keamanan dan ekonomi negaranya yang saling bertentangan dalam masalah China. Selain itu, ia mengeklaim Korea Selatan akan bekerja sama lebih banyak dengan aliansi keamanan ‘Quad’ yang beranggotakan AS, Australia, dan Jepang, tetapi belum mengajukan keanggotaan formal dalam kelompok ini.

Yoon juga menyatakan menentang pelanggaran norma-norma demokrasi liberal dan HAM. Namun, ketika ditanyakan bagaimana sikapnya akan pelanggaran HAM di China, ia menolak untuk membahas ‘pertanyaan hipotesis’.

Memanfaatkan pasar untuk menyelamatkan ekonomi.

Yoon mendukung pendekatan yang dipimpin pasar untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Ia pun berniat memangkas birokrasi perusahaan untuk membantu mewujudkannya.

Di tengah banyaknya keluhan atas melonjaknya harga perumahan, Yoon berjanji akan mengurangi pajak bumi dan bangunan serta membangun 2,5 juta rumah baru, termasuk rumah sangat sederhana di bawah harga pasar yang dapat dijangkau oleh pembeli usia 20an-30an tahun.

0 Komentar