4 Faktor Mahalnya Harga Beras Sulit Turun, Bulog: Tunggu Perhitungan Resmi

4 Faktor Mahalnya Harga Beras Sulit Turun, Bulog: Tunggu Perhitungan Resmi
Pekerja menata beras dalam karung di gudang penyimpanan Kantor Wilayah Perum Bulog Aceh, di Aceh Besar, Selasa (16/5/2023). Indonesia diharapkan bisa swasembada beras secara berkesinambungan (Foto: Antara/Ampelsa)
0 Komentar

DIREKTUR Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi memprediksi harga beras tidak akan turun kembali normal ke harga sebelum mengalami lonjakan pada awal 2024 hingga jelang momentum Ramadan tahun ini.

“Saya kira memang itu tantangan yang berat bagi kita semua. Saya tidak gembira mengatakan ini, bukan suatu kabar yang patut diselebrasi, tetapi, faktanya demikian,” ungkap Bayu, dalam acara Bicara BUMN: Kondisi Stok dan Harga Beras Terkini, di kantor BUMN, Jakarta, Senin (18/3).

Bayu mengungkapkan, mahalnya harga beras yang sulit turun itu dikarenakan berbagai faktor. Pertama, inflasi. Kedua, upah pekerja informal di pedesaan yang naik seiring dengan kenaikan upah minimum pekerja formal.

Baca Juga:Antisipasi Sakit Radang Tenggorokan, Jaga Kecukupan Air Minum di Malam Hari Selama RamadanPolisi Kesulitan Mengungkap Kasus Satu Keluarga Diduga Bunuh Diri di Kawasan Penjaringan

“50% dari biaya produksi sawah atau biaya produksi pertanahan padi itu adalah untuk tenaga kerja. Jadi, (harga beras) itu pasti naik,” ujarnya.

Ketiga, harga sewa lahan yang naik seiring dengan banyak terjadinya konversi lahan pertanian menjadi perumahan. Kenaikan ini memicu semakin tingginya harga sewa lahan untuk menanam padi.

Keempat, harga pupuk juga naik seiring dengan kenaikan bahan bakar secara internasional. Dengan begitu, kata Bayu, berbagai ongkos biaya produksi yang dihadapi petani saat ini semakin mahal.

“Oleh sebab itu, menurut perhitungan kami di Bulog, harga (beras) akan sulit kembali ke harga semula, seperti setahun yang lalu,” terangnya.

Namun, Bayu mengatakan, pihaknya akan menunggu perhitungan resmi dari otoritas pemerintah seperti Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

“Berapa besar kenaikannya dan sebagainya itu nanti kita hitung ulang kalau otoritas sudah mengeluarkan data. Jadi kita tunggu saja hingga hasil perhitungannya selesai,” kata Bayu. (*)

0 Komentar