PENJABAT Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengeluarkan surat edaran bagi 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat (Jabar) untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi Megathrust Selat Sunda. Surat edaran tersebut dibuat awal September tertuang dalam nomor 128/PB.01.03/BPBD tentang meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan gempa bumi Megathrust Selat Sunda.
Seperti dilihat pada surat edaran tersebut, surat edaran merespons informasi dari BMKG tentang kesiapsiagaan beberapa wilayah di zona Megathrust yang berpotensi terjadi gempa bumi dan tsunami. Serta menindaklanjuti surat deputi bidang pencegahan BNPB tentang langkah-langkah kesiapsiagaan gempa bumi Megathrust.
Bey mengatakan, hasil kajian para ahli zona Megathrust Selat Sunda merupakan potensi bukan prediksi sehingga kapan waktu terjadi gempa bumi tidak ada yang tahu. Hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi secara akurat dan tepat serta kapan akan terjadi.
Baca Juga:UMKM Dirugikan, Menkominfo Sebut Aplikasi TEMU Bahaya, Jangan Masuk ke IndonesiaJokowi: Tanggal Pelantikan 20 Oktober, Saat Itu Bapak Prabowo Milik Seluruh Rakyat Indonesia Bukan Gerindra
Oleh karena itu, kata dia, diperlukan kesiapsiagaan yang terus menerus baik mitigasi struktural maupun non struktrural dengan membangun bangunan aman gempa. Selain itu merencanakan tata ruang pantai aman dari tsunami serta membangun kapasitas masyarakat dalam aksi dini untuk selamat jika gempa bumi dan tsunami terjadi.
“Mengintruksikan seluruh instansi di wilayah dan maayarakat untuk meningkatkan mitigasi non struktural sehingga lebih siap dan antisipasif terhadap kemungkinan terjadinya bencana akibat seismic gap di wilayah zona Megathrust Pantai Selatan Jawa Barat,” ujar Bey seperti dikutip dari surat edaran tersebut.
Bey melanjutkan meningkatkan mitigasi struktural mulai dari menyediakan papan informasi, rambu bahaya tanda evakuasi, tempat evakuasi sementara dan evakuasi akhir. Serta membangun early warning system seperti kentongan, speaker masjid, alarm dan lainnya berbasis kearifan lokal masyarakat.
Pengecekan kembali alat peringatan dini dan sister komunikasi kebencanaan, memastikan tempat evakuasi dan ketersediaan papan informasi, rambu rambu dan jalur evakuasi. “Edukasi, sosialisasi dan literasi kepada masyarakat serta melakukan simulasi penyelamatan diri saat terjadi gempa bumi dan tsunami sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap risiko gempa bumi dan tsunami,” papar Bey.