SEJARAH baru akan terukir di New York City (NYC) pada awal tahun 2026. Zohran Mamdani, politikus milenial berdarah Asia Selatan, siap dilantik sebagai Wali Kota Muslim pertama dalam sejarah kota metropolitan tersebut pada Rabu, 1 Januari 2026.
Menandai era baru kepemimpinan yang inklusif, Mamdani akan memecahkan tradisi panjang dengan menggunakan kitab suci Alquran dalam prosesi pengambilan sumpahnya. Langkah ini menjadikannya wali kota pertama di NYC yang melakukan hal tersebut, sebuah momen simbolis yang dinanti oleh ratusan ribu warga Muslim di kota tersebut.
Sebagaimana diwartakan New York post, menurut Zara Rahim, penasihat senior Mamdani, sang wali kota terpilih akan menggunakan setidaknya tiga Alquran unik dalam dua sesi pelantikan, yakni pelantikan tertutup pada tengah malam dan pelantikan publik di Balai Kota (City Hall) pada siang harinya.
Baca Juga:Tokoh Utama Gerakan GenZ yang Gulingkan Sheikh Hasina, Sharif Osman Hadi Jadi Korban Pembunuhan BerencanaPemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 Miliar
Sorotan utama tertuju pada penggunaan Alquran milik Arturo Schomburg, seorang penulis dan sejarawan Afro-Latino legendaris yang koleksi dan karyanya menjadi fondasi bagi Harlem Renaissance. Kitab bersejarah ini dipinjamkan secara khusus oleh Perpustakaan Umum New York (New York Public Library).
Penggunaan Alquran milik Schomburg bukan sekadar gestur religius, melainkan pernyataan politik yang kuat. Hal ini dimaksudkan untuk menegaskan perpaduan unik antara iman, ras, dan latar belakang etnis yang menjadi denyut nadi New York.
Selain kitab bersejarah milik Schomburg, Mamdani juga akan bersumpah di atas Alquran milik kakeknya dan satu Alquran warisan keluarga lainnya.
Kemenangan Mamdani merepresentasikan pergeseran demografi kepemimpinan di New York yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia membawa tiga identitas sekaligus ke tampuk kekuasaan tertinggi kota: seorang Asia Selatan, generasi milenial, dan seorang Muslim.
Bagi komunitas Muslim New York, pelantikan ini bukan hanya soal jabatan politik, melainkan pengakuan atas keberadaan dan kontribusi mereka yang kini terwakili di panggung tertinggi kota.
