UEA tidak segera menanggapi permintaan komentar dari AP. Surat kabar berbahasa Inggris yang terkait dengan negara Abu Dhabi, The National, melaporkan tentang serangan itu.
Saluran berita satelit AIC milik Dewan mengakui serangan itu, tanpa memberikan detail.
Ketua dewan kepresidenan Yaman mengumumkan keadaan darurat pada Selasa dalam sebuah dekrit yang menetapkan keadaan darurat selama 90 hari, termasuk blokade udara, laut, dan darat selama 72 jam.
Baca Juga:Tokoh Utama Gerakan GenZ yang Gulingkan Sheikh Hasina, Sharif Osman Hadi Jadi Korban Pembunuhan BerencanaPemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 Miliar
Eskalasi terjadi setelah STC menduduki sejumlah lembaga pemerintah dan bandara di Provinsi Hadhramaut, menyusul konflik dengan suku-suku setempat terkait penguasaan ladang minyak.Mengabaikan perjanjian sebelumnya dengan Koalisi, STC, melancarkan kampanye militer besar-besaran pada awal Desember, merebut provinsi Hadramaut di sepanjang perbatasan Saudi dan provinsi Al-Mahra di perbatasan Yaman dengan Oman.
Pasukan STC yang didukung UEA merebut kota Seiyun, termasuk bandara internasional dan istana presiden. Mereka juga menguasai ladang minyak strategis PetroMasila, yang menyumbang sebagian besar kekayaan minyak Yaman yang tersisa. Ini terjadi setelah bentrok dengan pasukan Aliansi Suku Hadhramaut yang telah ditempatkan di lokasi itu selama lebih dari satu tahun.
Bentrokan itu menyebabkan 12 korban tewas dan terluka di kedua pihak, menurut otoritas setempat.Akibatnya, PetroMasila, yang saat ini memproduksi 85.000 hingga 90.000 barel minyak per hari, terpaksa berhenti beroperasi. PetroMasila adalah perusahaan minyak nasional milik pemerintah Yaman.
Mereka yang bersekutu dengan Dewan Keamanan semakin mengibarkan bendera Yaman Selatan, yang merupakan negara terpisah dari 1967-1990.
Para demonstran telah berunjuk rasa selama beberapa hari untuk mendukung kekuatan politik yang menyerukan agar Yaman Selatan memisahkan diri lagi dari Yaman.
Tindakan para separatis telah memberikan tekanan pada hubungan antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang mempertahankan hubungan dekat dan merupakan anggota kartel minyak OPEC+, tetapi juga telah bersaing untuk mendapatkan pengaruh dan bisnis internasional dalam beberapa tahun terakhir.
Riyadh dan Abu Dhabi, selama ini mendukung pihak-pihak yang sama dalam perang Yaman yang telah berlangsung selama satu dekade melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran di tengah momen ketidaknyamanan di seluruh wilayah Laut Merah yang lebih luas.
