Rohanian dan Budayawaan Romo FX Mudji Sutrisno Tutup Usia

Romo FX Mudji Sutrisno
Romo FX Mudji Sutrisno
0 Komentar

Ketertarikannya pada imamat juga dipengaruhi lingkungan keluarga. Seorang paman dari pihak ibu adalah romo, sementara beberapa keponakannya masuk seminari. Dukungan keluarga membawanya menempuh pendidikan di Seminari Menengah Mertoyudan untuk jenjang SMP dan SMA.

Meski banyak anggota keluarga yang sempat masuk seminari, pada akhirnya hanya Romo Mudji yang melanjutkan panggilan hingga tahbisan imamat. Selama di seminari, ia diberi kebebasan mengembangkan bakat, dan memilih melukis serta menulis—dua bidang yang kelak menjadi ciri khas pelayanannya.

Setelah lulus SMA, Romo Mudji bergabung dengan Serikat Yesus (SJ), ordo yang mengikuti spiritualitas Santo Ignatius Loyola. Pandangannya tentang pentingnya pendidikan mendorongnya melanjutkan studi hingga meraih gelar MA dan PhD di Universitas Gregoriana, Roma, pada 1986. Ia juga mengikuti Summer Course Religion and Art di Ichigaya Sophia University of Tokyo, Jepang, pada 1990.

Baca Juga:Tokoh Utama Gerakan GenZ yang Gulingkan Sheikh Hasina, Sharif Osman Hadi Jadi Korban Pembunuhan BerencanaPemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 Miliar

Ilmu yang diperolehnya diabdikan sebagai dosen filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, serta sebagai dosen Pascasarjana Universitas Indonesia.

Semasa hidupnya, Romo Mudji juga dikenal sebagai rohaniwan atau pemuka agama. Dia dikenal pula sebagai akademisi dengan kiprah mengajarnya di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara.

Mengutip dari berbagai sumber, dia juga pernah menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2001-2005. Namun, Romo Mudji memilih mundur dari KPU pada 2003.

Kala itu, dia bersama Imam B Prasodjo memilih mundur dari KPU untuk melanjutkan kiprah sebagai dosen di institusi masing-masing. Romo Mudji di STF Driyarkara, Imam Prasodjo di Universitas Indonesia.

Sebagai akademisi dan rohaniwan, dia juga telah banyak menulis buku. Beberapa bukunya yang populer adalah Ziarah Anggur yang berisi kumpulan puisinya bersama Willy Hangguman. Kemudian buku puisi Tu(l)ah Kata, buku Sunyi yang Berbisik, dan buku Ranah Filsafat & Kunci Kebudayaan.

Sebagai budayawan dan juga seniman, selain menelurkan karya puisi, dia juga seorang pelukis yang kerap menggelar serta terlibat dalam pameran lukisan. Salah satunya adalah pameran lukisan bertajuk ‘Dari Gereja ke Gereja’ yang digelar pada 16-25 September 2025 lalu di Balai Budaya Jakarta, Menteng.

0 Komentar