Sejumlah Kritik dan Saran Dino Patti Djalal kepada Menlu Sugiono

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri, Dino Patti Djalal. (x.com/dinopattidjalal)
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri, Dino Patti Djalal. (x.com/dinopattidjalal)
0 Komentar

MANTAN menteri luar negeri Dino Patti Djalal menyampaikan empat poin kritik dan saran terkait arah diplomasi Indonesia kepada Menteri Luar Negeri Kabinet Merah Putih Sugiono. Pesan itu disampaikan Dino melalui unggahan di akun X@dinopattidjalal, Minggu, 21 Desember 2025.

Dino berharap Sugiono tak bersikap defensif dan mau menerima masukan ini sebagai bahan refleksi. Apalagi, kata dia, pesan tersebut disampaikan sebagai seorang sesepuh di Kementerian Luar Negeri, pendukung politik luar negeri, ketua ormas internasional, serta sebagai rakyat.

“Juga sebagai orang yang telah berkecimpung dalam dunia diplomasi selama hampir 40 tahun,” kata Dino.

Berikut empat kritik dan saran Dino Patti Djalal kepada Sugiono:

Baca Juga:Tokoh Utama Gerakan GenZ yang Gulingkan Sheikh Hasina, Sharif Osman Hadi Jadi Korban Pembunuhan BerencanaPemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 Miliar

Sugiono diminta meluangkan waktu lebih banyak untuk memimpin Kementerian Luar Negeri

Dalam pesannya, Dino menganalogikan Kementerian Luar Negeri seperti mobil Ferrari karena merupakan salah satu lembaga terbaik di Indonesia yang dipenuhi oleh diplomat bertalenta.

Masalahnya, kata dia, Ferrari hanya bisa berkinerja optimal apabila dikendarai oleh pengemudi yang fokus dan piawai. “Menlu Sugiono idealnya bisa mengurus Kementerian secara penuh. Tetapi, minimal 50 persen, kalau bisa 80 persen,” ujar Dino.

Dino menuturkan, banyak Kedutaan Besar Republik Indonesia yang tidak memperoleh arahan strategis dari pusat. Bahkan, rapat koordinasi para duta besar tertunda hampir setahun, termasuk banyak diplomat yang mengamali penurunan kinerja imbas pemangkasan anggaran.

Menurut dia, karena problem tersebut, banyak diplomat yang kemudian mengalami demoralisasi dan merasa tidak terdorong inisiatifnya karena merasa tidak memperoleh tanggapan dari pusat. Dino mengaku mendengar banyak duta besar yang sulit menemui Sugiono ketika kembali ke Jakarta. Persoalan ini, kata dia, dapat berisiko pada hilangnya kesempatan diplomasi Indonesia hingga menyebabkan hubungan bilateral Indonesia dengan negara lain tak seimbang.

Dino khawatir, Kementerian Luar Negeri akan meredup dan Sugiono berpotensi dicatat dengan nilai merah oleh sejarah karena berubahnya arah dari pusat keunggulan menjadi institusi medioker. “Ini bisa dianggap sepi sekarang, tapi bisa meledak di kemudian hari,” ucap dia.

Sugiono diminta berkomunikasi dengan publik ihwal langkah-langkah politik luar negeri Indonesia

0 Komentar