TOKOH sekaligus Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Muhammad Jazir, yang akrab disapa ustad Jazir, meninggal dalam usia 63 tahun di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Senin pagi, 22 Desember 2025. “
Betul, almarhum meninggal akibat sakit komplikasi yang diderita selama ini,” kata pengurus Masjid Jogokariyan, Ahmeda Aulia alias Edo.
Edo menuturkan sosok imam pertama Masjid Jogokariyan itu awalnya menderita penyakit gula. Namun, dalam tiga pekan terakhir, ia juga mengalami gagal ginjal yang membuatnya harus bolak-balik rumah sakit untuk menjalani perawatan dan cuci darah.
Baca Juga:Tokoh Utama Gerakan GenZ yang Gulingkan Sheikh Hasina, Sharif Osman Hadi Jadi Korban Pembunuhan BerencanaPemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 Miliar
Kondisi kesehatannya kian memburuk dan akhirnya pada Senin pagi ia mengembuskan napas terakhir.
“Aktivitas dakwah almarhum dalam sebulan terakhir praktis off karena perawatan akibat sakitnya. Terakhir seharusnya beliau roadshow dakwah di Bekasi,” kata Edo.
Selama sakit, Jazir terus berpesan untuk meneruskan perjuangan menghadirkan peradaban masjid. Edo menambahkan, Jazir akan dimakamkan di Makam Karangkajen Yogyakarta siang ini setelah disemayamkan di Masjid Jogokariyan.
Semasa hidup, Jazir dikenal tak hanya sebagai takmir yang kritis dalam berbagai ceramahnya. Salah satu gerakannya adalah ketika merespons tragedi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Bali pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo pada 2021, yang menewaskan 53 awak kapal.
Jazir bersama aktivis dan anak-anak masjid itu menggalang donasi untuk disumbangkan kepada negara demi membeli kapal selam lebih layak. Dalam sepekan dana yang terkumpul berkisar Rp 300 juta dan diserahkan bersama-sama ke Danlanal Yogyakarta pada April 2021.
Jazir juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki gagasan dan gerakan dakwah di Masjid Jogokariyan untuk masyarakat sekitar. Salah satunya melahirkan Kampung Ramadan Jogokariyan yang tak hanya ikonik dengan kuliner, tapi juga menjadi ruang kajian dakwah bagi sejumlah tokoh nasional, seperti Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
