Keterlibatan Inggris dalam Operasi Tentara Bayaran 'Rapid Support Forces' di Sudan

Tentara Sudan dari tentara reguler sedang melawan mantan rekan di pasukan paramiliter RSF, dalam konflik yang
Tentara Sudan dari tentara reguler sedang melawan mantan rekan di pasukan paramiliter RSF, dalam konflik yang telah menjerumuskan Sudan ke dalam krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (Ebrahim Hamid/AFP)
0 Komentar

TAK jauh dari Stadion Tottenham Hotspur yang megah di London utara, berdiri sebuah blok apartemen yang tampak biasa saja.

Bangunan bata berwarna krem itu tidak mencolok dan nyaris luput dari perhatian. Namun di balik tampilannya yang sederhana, tersimpan keterkaitan dengan kekerasan brutal yang terjadi ribuan kilometer jauhnya di Afrika.

Sebuah apartemen kecil satu kamar tidur di lantai dua, berlokasi dekat Creighton Road, menurut catatan resmi pemerintah Inggris, memiliki hubungan dengan jaringan perusahaan lintas negara yang terlibat dalam perekrutan besar-besaran tentara bayaran untuk berperang di Sudan.

Baca Juga:Tokoh Utama Gerakan GenZ yang Gulingkan Sheikh Hasina, Sharif Osman Hadi Jadi Korban Pembunuhan BerencanaPemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 Miliar

Para pejuang tersebut dikirim untuk mendukung Pasukan Pendukung Cepat atau Rapid Support Forces (RSF), kelompok paramiliter yang dituduh melakukan berbagai kejahatan perang, termasuk genosida.

Ratusan mantan prajurit Kolombia direkrut untuk bertempur bersama RSF, yang selama konflik di Sudan dituduh bertanggung jawab atas pemerkosaan massal, pembantaian berbasis etnis, serta pembunuhan sistematis terhadap perempuan dan anak-anak.

Para tentara bayaran asal Kolombia itu dilaporkan terlibat langsung dalam perebutan kota El Fasher di Sudan barat daya pada akhir Oktober. Pertempuran tersebut memicu kekerasan besar-besaran yang, menurut para analis, telah menewaskan sedikitnya 60 ribu orang.

Di tengah derasnya laporan tentang kekejaman tersebut, sebuah penyelidikan Guardian mengungkap adanya hubungan antara perekrutan tentara bayaran untuk operasi di El Fasher dan sejumlah alamat di London.

Apartemen di kawasan Tottenham itu tercatat atas nama sebuah perusahaan bernama Zeuz Global. Perusahaan tersebut didirikan oleh dua individu yang pekan lalu disebut dan dikenai sanksi oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat karena peran mereka dalam merekrut tentara bayaran Kolombia untuk berperang demi RSF.

Kedua orang tersebut, ialah keduanya warga Kolombia berusia sekitar 50-an disebut dalam dokumen Companies House, lembaga pendaftaran perusahaan Inggris, sebagai penduduk Inggris.

Zeuz Global tercatat masih aktif. Sehari setelah Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi pada 9 Desember, perusahaan itu secara mendadak memindahkan alamat operasionalnya ke pusat kota London.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Pada 10 Desember, perusahaan tersebut mengumumkan detail alamat baru, dengan kode pos yang merujuk ke One Aldwych, sebuah hotel mewah bintang lima di kawasan Covent Garden.

0 Komentar