Badan Geologi mencatat, di wilayah pesisir utara Jawa, seperti Jakarta dan Semarang, penurunan tanah telah membuat sebagian daratan sejajar bahkan lebih rendah dari muka laut. Kondisi ini memicu hilangnya permukiman dan tambak, serta meluasnya banjir rob.
Meski demikian, untuk wilayah Jakarta, Badan Geologi mencatat adanya perlambatan laju penurunan tanah. Berdasarkan pengukuran GPS periode 2015-2023, penurunan tanah berkisar antara 0,05 hingga 5,17 cm per tahun, bahkan relatif tidak terlihat sejak 2020.
Namun, laporan World Economic Forum (WEF) pada November 2025 menyebut sebagian wilayah Jakarta mengalami amblesan hingga 28 cm, dan bersama Semarang disebut sebagai kota yang tenggelam lebih cepat dibanding kenaikan muka air laut.
Baca Juga:Tokoh Utama Gerakan GenZ yang Gulingkan Sheikh Hasina, Sharif Osman Hadi Jadi Korban Pembunuhan BerencanaPemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 Miliar
Temuan ini menegaskan perlunya pengendalian pemanfaatan air tanah dan penataan ruang berkelanjutan untuk menekan risiko bencana jangka panjang di kota-kota besar Pulau Jawa.
