Analis intelijen AS dan Israel juga meyakini Iran mengeksplorasi konsep senjata termonuklir atau bom hidrogen. Namun, keduanya sepakat bahwa teknologi tersebut masih berada di luar jangkauan Iran saat ini.
Iran secara signifikan meningkatkan pengayaan uranium setelah Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari JCPOA pada 2018. Meski CIA dan Mossad tidak meyakini Iran telah memulai proses persenjataan nuklir, pada musim semi 2025 analis Israel mulai meragukan kemampuan mereka untuk mendeteksi secara tepat waktu jika Khamenei diam-diam mengubah kebijakan dan mengizinkan pembuatan bom.
Pada 12 Juni, tepat sebelum operasi rahasia Israel yang diberi sandi Operasi Rising Lion, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) secara resmi menegur Iran atas pelanggaran komitmen nonproliferasi. Ini teguran pertama dalam dua dekade.
Penipuan sebelum serangan
Baca Juga:Pemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 MiliarKetika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah Menjawabnya
Menurut sumber yang mengetahui detail perencanaan, ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertemu Trump di Gedung Putih pada awal masa jabatan kedua Trump, ia mempresentasikan empat skenario serangan terhadap Iran.
Opsi pertama adalah Israel bertindak sendiri. Opsi kedua melibatkan kepemimpinan Israel dengan dukungan terbatas AS. Opsi ketiga menyerukan kerja sama penuh, sementara opsi keempat menempatkan AS sebagai aktor utama.
Pertemuan tersebut menjadi titik awal perencanaan strategis rahasia yang berlangsung selama berbulan-bulan. Meski Trump ingin memberi ruang bagi diplomasi, dua sumber mengatakan ia tetap berbagi intelijen dan koordinasi operasional dengan Israel.
“Pemikirannya adalah, jika pembicaraan gagal, kami siap untuk bertindak,” ujar salah satu sumber.
Di Israel, diplomasi dipandang penting untuk memperoleh legitimasi internasional, namun ada kekhawatiran Trump akan menerima kesepakatan yang dinilai merugikan.
Pada pertengahan April, Trump memberi Iran tenggat 60 hari untuk menyepakati perjanjian baru. Batas waktu itu berakhir pada Kamis malam, 12 Juni, yakni hari dimulainya operasi Israel.
Trump dan Netanyahu menjalankan strategi penyesatan terukur untuk mencegah Iran menduga serangan. Trump menyebut serangan Israel sangat mungkin terjadi sambil menegaskan preferensinya pada solusi diplomatik.
Baca Juga:Usai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda NasionalSekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke Pimpinan
Pejabat Israel sengaja membocorkan kabar bahwa Ron Dermer dan kepala Mossad David Barnea akan bertemu utusan AS Steve Witkoff, sementara putaran baru perundingan dijadwalkan pada 15 Juni.
