PERSIAPAN konflik berskala besar antara Israel dibantu Amerika Serikat (AS) versus Iran nyaris rampung. Puluhan agen terlatih yang bekerja untuk Israel telah berada di wilayah Iran dilengkapi persenjataan baru berteknologi tinggi.
Di saat yang sama, pilot Angkatan Udara Israel berada dalam status siaga penuh, menunggu perintah untuk menyerang fasilitas nuklir Iran, peluncur rudal balistik, serta sistem pertahanan udara.
Israel dan Amerika Serikat sebagai sekutu utamanya melalui perdebatan panjang hingga mencapai kesepahaman awal mengenai seberapa dekat Teheran dengan kepemilikan senjata nuklir.
Baca Juga:Pemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 MiliarKetika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah Menjawabnya
Di permukaan, berbagai manuver diplomatik terus digerakkan. Namun, di balik layer, langkah-langkah tersebut dirancang untuk mengaburkan persiapan serangan yang telah disusun secara matang.
Saat Washington dan Teheran secara terbuka melanjutkan perundingan nuklir, Israel diam-diam menuntaskan salah satu operasi paling rumit dalam sejarah militernya.
Operasi itu mencakup jaringan agen rahasia di dalam Iran, kesiapan penuh kekuatan udara, penggunaan senjata canggih, serta penentuan target strategis jauh di pusat kekuasaan Teheran.
Targetnya tidak hanya infrastruktur nuklir, tetapi juga individu-individu kunci di balik pengembangan program tersebut.
Investigasi bersama The Washington Post dan Frontline PBS mengungkap rincian baru mengenai sesuatu yang disebut sebagai Perang 12 Hari. Kampanye rahasia Israel ini bertujuan melumpuhkan inti proyek nuklir Iran.
Berdasarkan wawancara dengan pejabat aktif dan mantan pejabat dari Israel, Iran, Amerika Serikat, serta negara-negara Arab, laporan tersebut memaparkan proses perencanaan, pelaksanaan, dan dampak geopolitik dari operasi itu.
Laporan itu menyebutkan bahwa pemerintahan Biden maupun Trump memiliki keyakinan serupa bahwa Iran terus mendorong ambisi nuklirnya. Namun, badan intelijen AS dan Israel kerap berbeda pandangan terkait niat sebenarnya dan aktivitas para ilmuwan Iran.
Baca Juga:Usai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda NasionalSekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke Pimpinan
Sejak awal 2023, CIA mengumpulkan informasi yang menunjukkan bahwa peneliti yang berafiliasi dengan SPND, unit rahasia di bawah Kementerian Pertahanan Iran, tengah mengkaji cara mempercepat pembuatan senjata nuklir jika Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei mencabut fatwa 2003 yang menentang senjata nuklir.
CIA menilai Iran memahami metode merakit perangkat nuklir sederhana dari stok uranium yang telah diperkaya. Bom semacam itu, meski primitif, diperkirakan bisa dirakit dalam waktu sekitar enam bulan. Perangkat tersebut belum dapat diuji atau diluncurkan melalui rudal balistik, tetapi tetap berpotensi menimbulkan kehancuran besar.
