Bagi para korban yang kehilangan keluarga dan tempat tinggal, perdebatan soal mekanisme bantuan atau gengsi diplomatik tentu tidak relevan. Mereka butuh pangan, obat-obatan, dan rekonstruksi cepat. Jika Muhammadiyah saja bisa menjadi jembatan bagi bantuan UEA, mengapa pemerintah pusat tampak begitu kaku?
Diplomasi bantuan memang selalu berkelindan dengan martabat bangsa. Namun, di tengah duka Sumatera yang begitu dalam, nurani seharusnya bicara lebih keras daripada urusan protokoler. Jangan sampai sikap ‘hati-hati’ pemerintah justru berubah menjadi tembok yang menghalangi keselamatan warga.
