Industri Teknologi Pertahanan di Balik Strategi Perang Narkoba Trump

V-BAT drones. Source: Shield AI
V-BAT drones. Source: Shield AI
0 Komentar

MILITER Amerika Serikat (AS) mulai mengalihkan perhatian ke kawasan selatan. Sektor pertahanan kini melihat bisnis besar untuk menyuplai peralatan bagi jenis perang berbeda.

Perusahaan teknologi pertahanan serta startup kecerdasan buatan (AI) menemukan pasar strategis dalam perang narkoba Presiden Trump yang semakin intensif. Sistem AI dan berbagai jenis drone yang sebelumnya dikembangkan untuk menghadapi Tiongkok atau gagal menunjukkan efektivitas di Ukraina, kini memperoleh peluang baru dalam operasi penegakan hukum berskala besar yang didorong teknologi.

Perusahaan drone dan teknologi pencitraan membantu Penjaga Pantai serta Angkatan Laut AS melakukan operasi pencegahan di Karibia. Di sisi lain, perusahaan AI dari Silicon Valley hingga Dubai memperkenalkan platform yang memungkinkan pemetaan jaringan penyelundup fentanil.

Baca Juga:Pemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 MiliarKetika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah Menjawabnya

Di perbatasan selatan, sistem antidrone yang sebelumnya digunakan di Ukraina disesuaikan untuk menghadapi ancaman dari kartel Meksiko. Washington kembali menggunakan retorika dan instrumen hukum era perang melawan teror sehingga semakin banyak perusahaan besar dan kecil mengarahkan produk mereka ke pasar ini.

Palantir Technologies

Teknologi seperti drone, sensor, AI, dan analitik data dipromosikan sebagai perangkat yang mendukung kampanye Trump melawan yang disebutnya sebagai teror narkotika. Upaya itu meningkat sejak September, ketika militer AS memulai serangan besar terhadap kapal kecil penyelundup narkoba yang menewaskan lebih dari 80 orang.

Beberapa negara tetangga menuding AS melakukan pembunuhan di luar hukum. Pemerintahan Trump menyatakan kartel narkoba sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional.

Meski ada kritik dari anggota parlemen AS, sejumlah negara sekutu, PBB, dan organisasi HAM, perusahaan sektor pertahanan tetap berlomba menawarkan teknologi mereka untuk operasi antinarkotika yang lebih luas. CEO Palantir Technologies, Alex Karp, tidak mengonfirmasi apakah teknologi perusahaannya terlibat dalam operasi tersebut, tetapi mendukung tindakan militer.

“Jika kami terlibat, saya sangat bangga,” katanya seperti yang dilansir Wall Street Journal, Minggu (30/11). “Saya yakin fentanil adalah momok bagi kelas pekerja AS. Karenanya, saya mendukung yang mereka lakukan,” tambahnya.

Sumber pendapatan

Rancangan strategi pertahanan nasional AS berikutnya disebut berfokus pada keamanan domestik dan hemisfer, pergeseran signifikan yang mengesampingkan kekhawatiran tentang Tiongkok.

0 Komentar