Lebih lanjut, Wakil Wali Kota turut mengapresiasi kolaborasi lintas sektor yang selama ini berjalan bersama Pemerintah Kota Cirebon. Ia menilai keterlibatan para lurah, ketua RW, kader kesehatan, dan berbagai elemen masyarakat menjadi kunci keberhasilan program penurunan stunting.
“Pendampingan, pemantauan, dan edukasi dari rumah ke rumah harus terus dilakukan karena merekalah ujung tombak di lapangan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr Siti Maria Listiawaty menjelaskan bahwa Dinas Kesehatan terus memperkuat edukasi dan sosialisasi terkait pencegahan stunting, sekaligus menghadirkan inovasi dalam penanganannya.
Baca Juga:Pemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 MiliarKetika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah Menjawabnya
“Ada beberapa intervensi yang kami lakukan, salah satunya program one day one egg, serta pemberian Pangan untuk Keperluan Medis Khusus atau PKMK bagi balita stunting,” jelasnya.
Menurut Siti Maria, penanganan stunting tidak cukup hanya dengan makanan biasa. Anak yang sudah mengalami stunting membutuhkan pangan khusus yang diformulasikan sesuai kebutuhan tubuhnya. Ia juga mengingatkan adanya ancaman lain yang perlu diwaspadai, yakni kondisi remaja putri.
“Hasil pemeriksaan menunjukkan 42,3 persen remaja putri di Kota Cirebon mengalami anemia. Ini bisa menjadi faktor risiko stunting di masa depan,” jelasnya.
Ia mengimbau para orang tua, remaja, dan seluruh keluarga untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, memperhatikan asupan gizi seimbang, serta memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia.
”Pencegahan stunting tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi membutuhkan peran dan kesadaran bersama dari seluruh lapisan masyarakat,” tutupnya. (Roni)
