Thailand-Kamboja Bentrok, 10 Tewas dan Lebih 140.000 Warga Sipil Mengungsi

Warga mengungsi di tengah bentrokan antara Thailand dan Kamboja di sepanjang wilayah perbatasan yang disengket
Warga mengungsi di tengah bentrokan antara Thailand dan Kamboja di sepanjang wilayah perbatasan yang disengketakan, di Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja, 8/12/2025. Agence Kampuchea Press/Handout via REUTERS
0 Komentar

Militer Thailand melaporkan tiga tentara mereka tewas sejak Senin (8/12). Satu personel meninggal, kemarin, akibat tembakan tidak langsung di Provinsi Surin. Granat menewaskan seorang prajurit lain di area Kuil Preah Vihear.

Pemerintah Thailand mengatakan hampir 500 tempat penampungan sementara disiapkan untuk lebih dari 125.000 warga yang mengungsi. Juru bicara Angkatan Laut Thailand Parat Rattanachaiphan menyampaikan bahwa pasukannya melihat pengerahan pasukan Kamboja, permukiman baru, dan beberapa pangkalan senjata di wilayah pesisir Provinsi Trat yang diperebutkan.

Parat juga menuduh Kamboja memanaskan ketegangan dengan mengoperasikan pesawat nirawak untuk memprovokasi pasukan Thailand. Ia mengatakan, kemarin, pasukan Thailand melancarkan operasi militer untuk mengusir mereka.

Baca Juga:Pemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 MiliarKetika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah Menjawabnya

Hun Sen yang juga Presiden Senat menyatakan negaranya terpaksa membalas setelah bersabar selama lebih dari 24 jam untuk menghormati gencatan senjata dan memberikan waktu untuk mengevakuasi warga ke tempat yang aman. “Sekarang kami berjuang untuk membela diri lagi,” katanya melalui unggahan di Facebook.

Konflik terbaru itu kembali berakar pada sengketa perbatasan yang berlangsung selama 100 tahun sejak masa penjajahan Prancis. Kedua negara mengeklaim sejumlah kuil kuno di wilayah tersebut.

PM Thailand Anutin Charnvirakul menegaskan bahwa militer akan tetap bertahan dalam menghadapi ancaman. “Thailand harus berdiri teguh di belakang mereka yang melindungi kedaulatan kami. Kami tidak bisa berhenti sekarang,” ujarnya.

Di Provinsi Surin, Thailand, seorang warga seperti Sutida Pusa, 30, sudah merasakan dampak langsung konflik. Ia mengelola toko makanan kecil dan keluarganya dipindahkan ke pusat evakuasi serta sebagian lain memilih bertahan demi menjaga rumah.

Ia kerap mondar-mandir antara tempat penampungan dan rumahnya yang berjarak kurang dari 20 kilometer dari perbatasan untuk merawat keluarga di kedua tempat. “Saya ingin melihat situasinya terlebih dahulu, karena suara pertempuran tidak sekeras saat bentrokan besar pada 24 Juli. Kami tidak pernah mempercayai situasinya,” ucapnya.

Militer Thailand mengatakan bahwa granat dari wilayah Kamboja jatuh di dua rumah warga di Provinsi Sa Kaeo, meskipun tak ada korban. Sebelumnya, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Malaysia sebagai Ketua ASEAN menengahi penghentian pertempuran pada Juli.

0 Komentar