PEMIMPIN milisi bentukan Israel di Gaza, Yasser Abu Shabab dilaporkan tewas. Terbunuhnya Abu Shabab dinilai memberikan pukulan telak bagi Israel yang sedang berupaya untuk membangun proksi Palestina-nya sendiri guna menghadapi Hamas, lapor Al Jazeera, Kamis (4/12/2025).
Yasser Abu Shabab, seorang pemimpin suku Badui di bagian wilayah Gaza yang dikuasai Israel diperkirakan tewas akibat luka-luka yang diderita dalam bentrokan sengit dengan keluarga-keluarga lokal Gaza yang kuat dan bersenjata lengkap, menurut media dan sumber lokal di Gaza.
Abu Shabab adalah komandan Pasukan Populer, milisi terbesar dan bersenjata lengkap dari beberapa kelompok bersenjata yang muncul di Gaza selama akhir-akhir konflik yang telah berlangsung dua tahun. Kelompok milisi itu mendapat manfaat dari dukungan Israel sebagai bagian dari strategi mempersenjatai proksi untuk melemahkan Hamas dan mengendalikan penduduk.
Baca Juga:Pemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 MiliarKetika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah Menjawabnya
Guardian melaporkan, waktu pasti kematian Abu Shabab tidak diketahui, tetapi tampaknya terjadi dalam 48 jam terakhir. Pasukan Populer mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemimpin mereka tewas akibat luka tembak saat menengahi pertengkaran keluarga. Kelompok tersebut menepis laporan yang menyatakan bahwa Hamas berada di balik pembunuhannya sebagai “menyesatkan”.
Sumber-sumber di Gaza dan laporan di media sosial serta di Israel sebelumnya menyatakan bahwa Abu Shabab, pesakitan berusia 30-an yang telah diusir oleh klannya sendiri, tewas dalam sebuah bentrokan. Pada awalnya, Abu Shabab menolak untuk membebaskan seorang yang disandera oleh anak buahnya dari sebuah keluarga lokal yang kuat dan bersenjata lengkap.
Keluarga sandera tersebut dikatakan telah melancarkan serangan terhadap pangkalan Pasukan Populer sehingga menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak. Abu Shabab dilaporkan terluka parah dan tewas akibat luka-lukanya di Gaza.
Seorang juru bicara Hamas, yang menyebut Abu Shabab sebagai kolaborator dan berjanji akan memburunya, membantah terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Pada Juni, Benjamin Netanyahu mengakui bahwa Israel telah mempersenjatai klan dan faksi anti-Hamas di Gaza. Belum ada komentar resmi dari pemerintahnya terkait kematian Abu Shabab.
Kebijakan Israel telah menuai kritik dari beberapa pakar yang mengatakan bahwa kelompok-kelompok semacam itu tidak dapat memberikan alternatif nyata bagi Hamas, yang telah menguasai Gaza sejak 2007.
