Greenpeace Indonesia Ingatkan Prabowo Bencana Aceh, Sumatera: Dampak Krisis Iklim dan Perusakan Lingkungan

Presiden Prabowo Subianto meninjau lokasi terdampak banjir di Kutacane, Aceh Tenggara (Foto: BPMI Setpres/Cahy
Presiden Prabowo Subianto meninjau lokasi terdampak banjir di Kutacane, Aceh Tenggara (Foto: BPMI Setpres/Cahyo)
0 Komentar

Greenpeace mendesak pemerintah serius membenahi kebijakan tata kelola lahan dan hutan secara menyeluruh demi menyelamatkan ekosistem dan masyarakat dari tragedi bencana iklim. Tapi, sebelum itu, pemerintah harus mengakui bahwa mereka telah salah dalam tata kelola hutan dan lahan yang menyebabkan hutan Sumatera hampir habis, terjadi degradasi lingkungan parah, dan kini masyarakat Sumatera harus menanggung harga yang amat mahal dari bencana ekologis.

“Prabowo dan beberapa menterinya memang sudah menyinggung soal deforestasi, tapi mereka seolah mengesankan bahwa kerusakan hutan di Sumatera terjadi karena penebangan liar,” bunyi pernyataan Greenpeace. Padahal, menurutnya, deforestasi justru lebih masif terjadi karena dilegalkan oleh negara dari satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya.

“Selain mengevaluasi izin-izin di Sumatera, pemerintah juga harus berhenti merusak hutan di wilayah lain, seperti Papua,” kata Greenpeace merujuk perusakan hutan yang terjadi di Raja Ampat dan pulau-pulau kecil lainnya yang dibebani tambang nikel, juga deforestasi di Merauke demi ambisi swasembada energi dan pangan. “Pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang dicita-citakan Prabowo tak akan tercapai jika lingkungan rusak dan bencana iklim terus mengintai kita.”

0 Komentar