BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data terbaru korban bencana hidrometeorologi di Pulau Sumatra. Hingga Selasa sore, 2 Desember 2025 total korban meninggal dunia mencapai 708 jiwa, dengan 499 orang lainnya masih dalam status hilang.
Data tersebut terpusat di tiga provinsi terdampak paling parah. Sumatra Utara, Aceh, dan Sumatra Barat. Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Abdul Muhari, memaparkan Sumatra Utara menjadi wilayah dengan korban jiwa tertinggi.
“Pertama, Sumatra Utara, korban meninggal dunia 294 jiwa dan hilang 155 jiwa. Provinsi ini paling terdampak di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga, dan Tapanuli Utara,” kata Abdul Muhari, Selasa, 2 Desember 2025.
Baca Juga:Pemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 MiliarKetika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah Menjawabnya
Di Provinsi Aceh, korban meninggal tercatat 218 jiwa dengan 227 orang masih hilang. Muhari menegaskan upaya pencarian dan pertolongan tetap menjadi prioritas tim gabungan meski telah berjalan hampir satu pekan.
“Upaya pencarian dan pertolongan masih terus dilakukan dan menjadi prioritas oleh tim gabungan. Kami berharap kondisi cuaca yang mendukung dapat mempercepat operasi,” ujarnya.
Kondisi cuaca cerah dinilai sangat menunjang operasi di lapangan. BNPB bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta TNI Angkatan Udara masih terus melakukan operasi modifikasi cuaca.
“Dukungan dari modifikasi cuaca ini juga mempercepat operasi pemulihan atau pembukaan akses jalan yang sebelumnya tertutup material longsor maupun lumpur,” jelas Muhari. Operasi modifikasi cuaca akan terus dilakukan hingga upaya pencarian, pertolongan, dan pemulihan akses transportasi darat selesai.
Sementara untuk Sumatera Barat, total korban jiwa per Selasa, 2 Desember 2025 pukul 16.00 WIB mencapai 196 orang meninggal dan 117 orang hilang. Fokus utama pemulihan akses berada di Kabupaten Agam dan Kota Padang Panjang yang terdampak banjir serta longsor di kawasan Gunung Singgalang.
