MENTERI Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan langkah dirinya yang melakukan pemindahan uang pemerintah sebesar Rp200 triliun ke bank-bank pelat merah bukanlah kebijakan serampangan maupun keputusan yang menguras cadangan fiskal negara.
Ia menjelaskan kebijakan tersebut sebetulnya merupakan strategi yang pernah dilakukan sebelumnya dan dirancang secara terukur berdasarkan pengalaman pemerintah dalam mengelola stabilitas ekonomi.
“Waktu kemarin saya balikin uang itu Rp200 triliun [himpunan bank milik negara], itu bukan langkah baru. Pernah dilakukan di sini. Cuman karena mereka gak ngerti, mereka [Bank-bank] cuma jalanin perintah. Mereka pikir itu langkah kebetulan. Tidak, itu langkah by design,” tegas Purbaya dalam Rapimnas Kadin, mengutip dari siaran YouTube-nya, Senin (1/12/2025).
Baca Juga:Pemprov Jawa Barat Renovasi Gerbang Gedung Sate Berbentuk Candi Anggaran Capai Rp3,9 MiliarKetika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah Menjawabnya
Sebagaimana diketahui, Purbaya menempatkan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun ke lima bank Himbara pada 12 September lalu.
Penempatan tersebut terdiri dari Rp55 triliun masing-masing untuk Bank Mandiri, BNI, dan BRI, Rp25 triliun untuk BTN, serta Rp10 triliun untuk Bank Syariah Indonesia (BSI).
Menanggapi kritik pihak luar yang menilai pemerintah telah menghabiskan dana cadangan pemerintah, Purbaya menegaskan bahwa persepsi tersebut keliru. Sebab menurutnya, dana tersebut tidak hilang, melainkan hanya dipindahkan dari Bank Indonesia ke bank-bank BUMN dalam bentuk deposito on call (simpanan berjangka) untuk memacu penyaluran kredit dan mendukung pemulihan ekonomi.
Bahkan mantan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS 2020-2025 ini juga menyoroti analisis salah kaprah dari publik internasional terkait kebijakan tersebut. Menurutnya, sejumlah pengamat luar negeri gagal memahami bahwa mekanisme pemindahan likuiditas tidak sama dengan penggunaan belanja negara.
“Dia bilang, itu saya yang ngabisin uang yang disimpan untuk keadaan susah sebesar Rp200 triliun. Padahal kan uangnya gak habis. Uangnya cuma yang saya pindahin aja. Jadi [kumpulan ekonom] yang canggih itu ternyata gak sepintar gue,” ujarnya sembari berkelakar.
Adapun Purbaya memastikan kebijakan fiskal dan moneter yang dijalankan pemerintah saat ini berada pada jalur yang konsisten untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Ia optimistis jika kebijakan tersebut dijalankan paralel dan sinkron, maka perekonomian Indonesia dapat tumbuh di kisaran 6% hingga 6,5%.
