Setiap presentasi membuka jendela baru untuk memahami hubungan antara budaya lokal, praktik pemakaman, dan warisan spiritual. Malam harinya, hujan yang terus rintik menemani pertunjukan puisi bertema “Puisi Cirebon-Gaza”.
Zawawi Imron, Acep Zamzam Noor, Hikmat Gumelar, Nenden Lilis, dan Dedi Kampleng membacakan syair dengan penuh penghayatan. Samah Sabawi, penulis dan penyair kelahiran Palestina yang tinggal di Australia membacakan puisinya melaui video. Setiap bait menjadi doa, jembatan batin yang menyuarakan harapan dan kemanusiaan, menghubungkan Cirebon, Gaza, dan Nusantara.
Hari kedua BWCF ini berakhir dengan gema kata, doa, dan syair yang masih hidup di antara tetes hujan, menyusup ke tiap sudut keraton, meninggalkan rasa syahdu dan hangat yang abadi, seperti kenangan yang tak lekang oleh waktu.
